ULTAH YANG BAU DI RUANG GURU
14 Februari 2015
Sabtu, 14
Februari 2015, katanya hari kasih sayang, sementara hari ini itu adalah hari
sabtu, jelas – jelas aku melihatnya di setiap kalender yang ada, hari ini itu
adalah hari sabtu, bukan hari kasih sayang, media keterlaluan membohongi
publik. Apalagi masyarakat awam yang tak tau apa – apa terlalu banyak
mempercayai kabar yang di beritakan oleh media.
Hari ini, bertepatan dengan ulang tahun
salah satu guru yang ada di daerah penempatanku. Namanya pak Umar, guru muda
yang usianya lebih tua setahun dariku, jadi masih memiliki jiwa – jiwa muda,
hanya bedanya di usianya yang sekarang, ia sudah memiliki seorang istri dan
sebentar lagi akan di panggil ayah, karena istrinya sedang mengandung. Betapa
bahagianya ia, masih muda dan telah berkeluarga, aku juga ingin sepertinya,
semoga di percepat dan di permudah. Aamiin.
Pagi hari aku sudah siap untuk
kesekolah, kutau hari ini takkan apel pagi, karena hujan turun deras sejak
subuh hingga menjelang pagi hari. Namun, aku telah menyiapkan ide kreatif untuk
mengganti apel pagi yang tak jadi di laksanakan. Aku meminta seluruh siswa
untuk membersihkan kelasnya, baik yang ada di lantai ataupun yang ada di langit
– langit kelas dan jendela kelas mereka.
Tapi dengan kegiatan ini, banyaknya
siswa pria yang tak bekerja, membuatku sangat risih. Aku pun mengumpulkan siswa
pria dari kelas 4 hingga kelas 6 untuk membantuku membersihkan lingkungan
sekolah, agar tercipta lingkungan sekolah yang bebas dari sampah. Tak tanggung
– tanggung, aku mengajak mereka semua untuk ke bagian belakang gedung kelas
mereka, dan meyuruh mereka memungut sampah yang ada di hadapan mereka. “nah, di
depan kalian banyak sekali sampah – sampah plastik, bekas minuman, bungkus makanan
ringan hingga bungkus permen. Dan ini kalian yang buang dari balik jendela
kelas kalian. Maka kalianlah yang memungutnya, jika nanti ada teman kalian yang
membuang sampah sembarangan, kalian bisa menegurnya supaya kalian tidak cape –
cape lagi dalam memungut sampah. Ok.” Kataku pada mereka semua yang berjumlah
31 orang.
Setelah aku rasa bersih untuk di gedung
ini, akupun mengalihkan mereka ke gedung sebelah, gedung para adik kelas
mereka, yang tak kalah banyak sampah plastiknya, tanpa komando mereka pun sadar
akan apa yang akan mereka lakukan, langsung mengambil sampah dan membuangnya
pada tempatnya. Sungguh anak – anak hebat, hanya di beri komando sedikit,
mereka langsung siap gerak. Hehehehe
Setelah selesai semuanya, akupun masuk
ke dalam kantor dan bersiap – siap beraktifitas seperti biasanya. Tapi hari ini
aku ingin beristirahat untuk tidak masuk ke dalam kelas, hanya saja, aku tau
diri, guru yang datang tak sebanyak kelas yang tersedia, sehingga aku mencoba
untuk masuk ke dalam kelas 6 walaupun tak ada jadwal pelajaran matematika di
dalamnya. Di dalam kelas aku memberikan tugas untuk membuat poster afirmasi,
sebuah poster yang nantinya akan
memberikan warna baru untuk kelas mereka, lebih banyak pajangan –
pajangan yang bakalan menambah wawasan mereka nantinya.
Bunyi bel tanda istirahat membuyarkan
pikiranku ketika melihat hasil buatan anak – anak dalam membuat poster afirmasi
ala meraka sendiri. Terlebih lagi ketika ada keributan di dalam kelas yang
membuat pak Umar jadi basah kuyup di buat oleh pak Deden dan pak Ajum yang
telah merencakan penyiraman hari ini, berhubung karena ulang tahun pak Umar
yang jatuh di hari ini. Ketika kulihat, pak Umar telah bermandikan air yang tak
jelas baunya, air ramuan yang telah dimodifikasi menjadi air yang baunya sangat
menyengat, aku pun langsung mengabadikannya dalam bentuk gambar, tapi ketika ku
melihat hasilnya, aku tak senang dengan hasil jepretanku, akhirnya aku
menggantinya dengan merekem kejadian langka tersebut, hingga pak Umar lari
untuk membersihkan diri.
Pak Umar tak keliatan disibukkan dengan
pembersihan dari air yang tak jelas tersebut. Aku pun menanyakan mengenai asal
muasal air ramuan tersebut, adan aku pun menemukan jawabannya, “air itu pak
Sapto gabungan dari terasi 2 bungkus, telur busuk 1 butir, seember air cucian
ikan dan tepung” kata pak Ajum menjelaskan dengan semangat. Astaga mengerikan
sekali, tinggal di celupin aja di penggorengan yang belum agar kompilt jadi
gorengan yang mantap, pikirku dalam hati. Hingga ruang guru menjadi bau yang
tak enak untuk di rasakan. Walaupun telah di pel, tapi baunya masih saja
menyengat. Sungguh ultah yang bau di ruang guru telah terjadi.
Sore hari aku, berkunjung ke rumah salah
satu tokoh yang bisa memberikan banyak cerita mengenai keadaan sekolah diawal berdirinya,
ya aku berkunjung ke rumah salah seorang legenda hidup SD yang sekarang aku
tempati sebagai sekolah penempatanku selama setahun. Rumah pak H.Rohman, kepala
sekolah pertama yang merintis berdirinya SDN Kutakarang 1, lama aku
bercengkrama dengan beliau hingga listrik dan waktu yang memisahkan
perbincangan kami sore ini. Dan aku pun beranjak untuk main ke rumah Pak Deden
salah satu guru muda yang ada di SD. Sudah lama aku diajaknya untuk main ke
rumahnya tapi belum sempat aku kesana, dan ketika aku tiba di rumahnya yang tak
jauh dari sekolah, sambutan hangat yang aku rasakan, beliau begitu ramah dan
baik, tak lupa di akhir aku pamit dia memintaku untuk menginap di rumahnya, dan
hal serup asering aku jumpai kepada hampir semua guru yang ada di SD ini. Aku
bahagia bisa mengenal mereka, semoga keluarga baru ku ini membawaku dan menempa
menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi kedepannya. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar