ATURAN KELAS
10 Februari 2015
Pagi ini
kurasakan hawa hangat menyelimuti kalbuku, suara kicauan burung terdengar merdu
saling bersaut – sautan berburu dengan suara ayam yang mendayu – dayu tak mau
kalah, terdengar pula langkah kaki para petani yang menuju ke ladang mereka
masing – masing sambil membicarakan keadaan ladang mereka.
Pagi ini terasa lebih dingin dari
sebelumnya, akibat hujan telah turun sejak subuh tadi, aku tak bisa memaksakan
untuk mengadakan apel pagi hari ini di sekolah. Tapi aku tak kehabisan akal
dalam membuat kebiasaan yang akan aku lakukan di sekolah ini. Apel tak jadi,
aku gantikan dengan kegiatan membersihkan kelas masing – masing.
Setelah bel berbunyi tanda jam pelajaran
pertama telah di mulai. Akupun masuk ke dalam kelas 6, berhubung ada jadwal
pelajaran matematika di sana. Lagipula guru kelasnya tak dapat hadir, berhubung
beliau lagi menemani kepala sekolah untuk menghadiri kegiatan di kabupaten.
Kesan pertama ketika masuk ke dalam
kelas 6, begitu buruk. Aku mendapati kelas yang begitu kotor, penuh tanah sana
sini, sampah berserakan, sontak saja aku langsung memberikan hukuman bagi
mereka yaitu membersihkan kelasnya dahulu lalu dimulai pelajaran. Setelah aku
pastikan benar – benar bersih, lalu aku mulai untuk belajar.
Aku tak langsung memberikan materi, tapi
aku mulai dengan memberikan motivasi tentang pentingnya kebersihan di
lingkungan kelas, aku bandingkan dengan rasa kenyamanan ketika belajar dalam
kondisi kotor dan bersih, dan akhirnya mereka sendiri yang menyimpulkan bahwa
“lebih nyaman belajar dalam keadaan bersih”. Nah, inilah yang menjadi modal
awalku untuk membangun pola pikir mereka mengenai kebersihan. Semoga mereka
tetap meyakini hal tersebut. Aamiin.
Setelah banyak hal aku memberikan
motivasi yang aku selingi dengan pemberian ice
breaking, seperti tepuk apresiasi, Gajah dan Semut dan senam coconut. Pembelajaran pun aku mulai tapi
tetap di selingi oleh beberapa ice
breaking yang aku berikan sebelumnya.
Materi pelajaran hari ini mengenai
pengukuran, yaitu pada satuan luas. Sebelum masuk pada materi, aku mengingatkan
mereka kembali, mengenai satuan panjang yang berdimensi satu. Setelah mereka
mulai mengingat kembali, barulah aku memberikan materi mengenai satuan luas
yang berdimensi dua.
Aku memberikan teori terlebih dahulu
lalu, aku berikan contoh soal, kemudian aku memberikan soalnya yang akan mereka
kerjakan dan akhirnya aku menyuruh perwakilan dari mereka untuk menjawab
soalnya di papan tulis. Tapi dari sekian banyak siswa dan siswi di kelas 6 ini,
hanya ada seorang siswi yang berani, itu pun sedikit dengan motivasi ringan,
yaitu Fitri, siswa yang paling besar dikelas 6, memberanikan diri menjawab soal
yang aku berikan, walaupun akhirya jawabannya sedikit keliru. Setelah aku
jelaskan secara rinci, barulah mereka paham bahwa, soal matematika tak begitu
rumit. Di sinilah aku tersadar bahwa selama ini mereka menganggap bahwa
matematika adalah pelajaran yang sulit akibat dari penjelasan mengenai materi
yang mereka dapatkan tidak tuntas, dalam artian mereka hanya mencatat saja,
tanpa perlu memahami maksud dan artinya.
Di akhir materi aku memberikan soal
latihan sebanyak lima nomor, berharap mereka mampu mengerjakan semuanya dengan
benar, aku mengiming – imingkan sebuah burung origami yang aku buat, mereka
begitu terkesima dengan apa yang aku buat. “ini ada burung kertas, ada tiga
buah, ada warna abu-abu, hijau dan orange, nanti bapak akan berikan kepada
kalian yang memiliki jawaban yang paling benar, tiga siswa dengan urutan yang
paling atas yang akan mendapatkannya” kataku kepada para siswaku memberikan
semangat untuk melakukan yang terbaik saat mereka mengerjakan sesuatu.
Tak lama kemudian satu persatu dari
mereka mengumpulkan buku tulis yang mereka gunakan untuk menjawab soal yang aku
berikan. Satu persatu aku periksa jawaban mereka, hingga akhirnya tuntas semua,
tapi tak ada yang menjawab dengan benar, hanya ada beberapa orang saja yang
mendapatkan jumlah salah yang lebih sedikit, itupun jika aku persentasikan
hanya sekitar 43% saja, aku begitu miris melihat keadaan ini. Aku bertekad akan
melakukan perubahan, walaupun hanya sedikit.
Jam pelajaran terakhir di kelas 6, aku
kembali masuk untuk mengajari mereka membuat burung origami, mereka begitu
gembira dan sangat antusias. Hal baru yang bagi mereka unik dan indah akan
mereka lakukan dengan bantuan guru baru yang ada disekolah mereka, ya itulah
aku, aku membawa sesuatu yang membuat mereka heran, hanya sebuah burung
origami, banyak siswa dari kelas lain datang melihatku membuatnya. Hingga bel
panjang berbunyi tanda berakhirnya waktu belajar di sekolah pada hari ini,
akupun segera menuntaskan aktuku dikelas 6, para siswaku pun telah selesai
dengan burung origaminya masing – masing dan siap untuk digantungkan di kelas
mereka nanti.
Selepas pulang sekolah, aku main ke rumah
bu Nunung, ditemani oleh pak Ajum dan pak Deden. Kami bertiga sembari menjenguk
beliau yang sudah beberapa hari ini tak datang kesekolah karena sakit.
Perjalanan ke rumah beliau sungguh eksotik, melewati kebun kelapa yang
tingginya menjulang kelangit, melewati ladang huma, sebuah sawah yang berada di
daratan kering tak begitu banyak membutuhkan air seperti pada sawah yang
lainnya, dan terakhir melewati sebuah sungai kecil yang airnya begitu jernih.
Hingga sore aku disana, dan setelah ashar siswa – siswi ku pada datang di
rumah, ada 6 orang yang datang, untuk menghias aturan kelas yang akan kami
kerjakan di kelasnya. Dengan peralatan yang seadanya, akhirnya aturan kelas 5
yang kami buat jadi, tinggal nanti bagaimana mereka menjaga dan merawatnya.
Semoga display ini memberikan semangat
baru dalam proses belajar mereka kedepannya, tak lupa aku juga menyiapkan
tempat untuk hasil karya mereka nanti ketika setiap belajar yang menghasilan
karya. Aku hanya berharap ini bukan untuk sementara tapi untuk selamanya.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar