Postingan

DDS (Donor Darah Sedunia)

Berbicara tentang donor darah, Alhamdulillah aku telah membuat keputusan untuk merutinkan diri donor darah setiap 3 bulan sekali. Bisa melalui event donor darah sukarela atau mampir ke kantor Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) yang berada tak jauh dari tempat tinggalku. Donor Darah Sedunia diperingati setiap tanggal 14 Juni, selalu memberi daya tarik tersendiri untuk diikuti. Sebagai seorang pendonor, moment besar seperti ini layak untuk ikut andil dan berpartisipasi. Mulailah diriku mencari info mengenai Donor Darah Sedunia ini, dilokasi mana akan diadakannya, yang jaraknya bisa aku jangkau tentunya. Dari IG, Facebook hingga status Whatsapp, aku tongkrongin berharap ada info yang kutemukan, mulai H-3 tepatnya aku gencar unuk mencari info, namun belum berbuah manis. Selain mencari informasi mengenai pelaksanaan donor darah, aku pun menjaga kesehatan diri agar nanti ketika hari H bisa menyumbangkan darah sesuai dengan aturan yang berlaku saat mendonor, misalny

Mengenang Yang Dikenang

Gambar
Dalam sebuah perjalanan, terkadang kita bertemu dengan kerikil kecil, jalan berbelok hingga jalan lurus mulus tanpa ada hambatan sama sekali. Begitupun dengan kehidupan yang kita jalani saat ini, ada suka, duka, canda, tawa, senang, bahagia, gelisah, takut, curiga, marah dan lain sebagainya. Hal ini lumrah bahkan wajar di setiap manusia. Mengalami sebuah kejadian yang tak mengenakkan hati, jangan bersedih, karena di ujung sana kegembiraan telah menanti kita. Ia menanti dengan sabar dan penuh keikhlasan. Begitupun sebaliknya, jika kita mengalami sebuah kejadian yang sangat mengembirakan hati, jangan terlalu senang, karena tak ada yang abadi di dunia ini, semuanya akan kembali pada Sang Pencipta, yaitu Allah Azza Wa Jalla. Sesuatu hal yang menyenangkan, biasanya akan mudah untuk di ingat bahkan bisa menjadi kenangan tersendiri di dalam hidup kita. Dia akan tersimpan rapi dalam long term memory seseorang. Sehingga banyak orang yang menginginkan dirinya untuk bahagia bahkan rela

Sholat Jumat Pertama

Setelah sekian pekan tak melaksanakan sholat jumat berjamaah yang dikarenakan adanya wabah virus dari wuhan, yaitu Covid-19, membuat kami-sebagian besar- warga indonesia bahkan di dunia, mengganti sholat jumat menjadi sholat dhuzur. Pelaksanaan sholat jumat kali ini masih mengedepankan protokol kesehatan, berhubung kami di Indonesia belum terlepas dari Covid-19 ini, terutama saya yang berdomisili di Jakarta. Jakarta sebagai trade center awal penyebaran virus ini, melakukan beberapa cara penanganan, di antaranya dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Nah, kebetulan hari ini di Jakarta sedang berlanjut PSBB keempat yang dinamakan PSBB Transisi, dimana tempat ibadah sudah diperbolehkan untuk beroperasi kembali, sehingga hari ini terlaksana sholat jumat berjamaah, setelah kurang lebih 10 minggu tidak dilaksanakan. Sholat Jumat kali ini buatku sungguh berbeda dari sholat jumat yang pernah aku lakukan sebelumnya. Bedanya adalah ketika memasuki lingkungan mesjid,

Pemeran Utama vs Pemeran Pengganti

Kisah menarik terjadi menjelang tutup aktivitas malam hari antar dua insan yang sedang berbahagia. Aku dan istriku sedang berbincang sederhana, terkait apa yang telah kita alami hari ini, dan hal ini lumrah kami lakukan di setiap malamnya, berbincang tentang kejadian selama seharian, karena aktivitas kami berdua yang berbeda, sehingga memiliki pengalaman yang pasti berbeda pula. Berbagai hal kami bahas, mulai yang remeh temeh hingga pembahasan yang berat dan berbobot. Hingga pembahasan mengenai peran kita sebagai guru di sekolah, aku merasa saat ini belum seutuhnya menjadi bagian dari tempat kerjaku, masih merasa belum lepas dari kerjaan di masa lalu, ibaratnya belum bisa move on, padahal kerjaan sekarang dan yang lalu sama aja, Alhamdulillah masih sama-sama menjadi guru, hanya saja tempatnya yang berbeda. Namun ternyata pemikiranku keliru dan mesti di benahi. Istriku menganalogikan, bahwa kegiatanku saat ini masih merupakan pemeran pengganti sedangkan yang lalu, aku menjadi pemer

SAMPAI JUMPA

“…Hari ini kan kuingat kembali Semua tempat jalan waktu bersamanya Setiap kata yang t'lah diucap Bagai warisan yang t'lah disiapkan Harus ku jaga … ” Begitulah penggalan dari sebuah lagu yang membuat hati ini pilu saat mengingatmu, saudaraku, Satria Prahdana. Pertemuan singkat yang terjalin telah banyak menumbuhkan kenangan yang tak ternilai. Tahun 2014, menjadi awal perjumpaan kita pertama kali, kita tak saling mengenal tak mengetahui asal muasal kita masing-masing, tetapi senyum merekah terlempar dari dirimu dan teman-teman setim penempatanmu di daerah Sulawesi Tenggara. Awal yang baik buat sebuah perjalanan pengalaman yang panjang, di situlah aku mulai mengenalmu pertemuan singkat yang telah banyak mengeluarkan impian dan cita-cita untuk negeri tercinta ini, bisa dikata kita sebagai satu perguruan yang akan aku jalani juga, hanya bedanya dirimu telah terlebih dahulu terjun ke lapangan sedangkan aku masih akan memulai pembinaan di kota hujan, Bogor , Jawa