SAMPAI JUMPA
“…Hari
ini kan kuingat kembali
Semua
tempat jalan waktu bersamanya
Setiap
kata yang t'lah diucap
Bagai
warisan yang t'lah disiapkan
Harus
ku jaga…”
Begitulah penggalan dari sebuah lagu yang membuat hati ini pilu saat
mengingatmu, saudaraku, Satria Prahdana. Pertemuan singkat yang terjalin telah
banyak menumbuhkan kenangan yang tak ternilai.
Tahun 2014, menjadi awal perjumpaan kita pertama kali, kita tak saling
mengenal tak mengetahui asal muasal kita masing-masing, tetapi senyum merekah
terlempar dari dirimu dan teman-teman setim penempatanmu di daerah Sulawesi
Tenggara.
Awal yang baik buat sebuah perjalanan pengalaman yang panjang, di
situlah aku mulai mengenalmu pertemuan singkat yang telah banyak mengeluarkan
impian dan cita-cita untuk negeri tercinta ini, bisa dikata kita sebagai satu
perguruan yang akan aku jalani juga, hanya bedanya dirimu telah terlebih dahulu
terjun ke lapangan sedangkan aku masih akan memulai pembinaan di kota hujan,
Bogor, Jawa Barat.
Setelah pertemuan yang singkat itu, akhirnya kita tak pernah lagi
ngobrol ataupun sekedar bertutur sapa, karena kami mempunyai rutinitas
masing-masing. Hingga akhirnya saat aku dan teman-teman seangkatanku, wisuda di
daerah Bogor tahun 2016, dirimu sebagai kakak angkatan menyempatkan hadir untuk
melihat prosesi wisuda sederhana adik kelasnya, yah begitulah kira-kira. Kita
pun saling bertegur sapa hanya sebatas kakak kelas dan adik kelasnya bertemu di
sebuah forum untuk membicarakan pendidikan di Indonesia dan pergerakan ke
depannya. Sampai akhirnya setelah pertemuan kita tersebut, Allah punya rencana
yang indah buat kita, saudara.
Pertengahan tahun 2016, setelah saya berada di daerah asal, Sulawesi
Tenggara untuk beberapa bulan pasca wisuda, akhirnya Allah mempertemukan kita kembali dalam suasana yang
berbeda di kota Depok, sebagai sesama anak rantau jebolan perguruan yang
sama dari kota Bogor.
Saat itu
dirimu memberikanku informasi dan tempat hunian sementara, sebuah pengalaman
baru dan mulai mengenal dirimu sebagai sebuah sahabat baru di tanah rantau. 2,5
bulan bukan waktu yang lama untuk mengenalmu lebih dekat, menjadi teman satu
kamar kost banyak mengenal sosok Satria dan saling sharing tentang
pengalaman saat menjadi pejuang di daerah 3T.
Dalam
kurun waktu 2,5 bulan, aku melihat sosok dirimu sebagai seorang teman yang
peduli, humoris dan tidak ingin merepotkan orang lain meskipun wajahmu tidak
menunjukkan ekspresi itu tapi aku paham maksudmu. Saat kita tinggal bersama,
tak sepeserpun uang kosan yang mau kau terima dariku dan akhirnya aku
mensiasati untuk mensubsidi makanan di kosan.
Hingga
tiba saatnya, hari bahagia yang kutunggu datang. Saat pernikahanku di bulan
September. Dengan baiknya kau membantuku, masih teringat jelas malam hari itu
kau membantu merapikan gedung yang besok akan digunakan, padahal malam itu kau
harus balik lagi ke depok. Besoknya dengan senang hati, kau mau menjadi tour
guide untuk guru-guru lain menuju ke lokasi pernikahanku dan kau mau menyumbangkan
beberapa nada dan lirik dengan suara emasmu padahal ku tahu betapa letihnya
engkau semalam. Semoga menjadi kebaikanmu yang memberatkan amal timbanganmu
saudara.
Setelah
itu, meski tidak satu kost lagi, namun
kita tetap sharing banyak hal, mulai dari hal kecil hingga hal
yang pelik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Hingga suatu ketika,
kita memiliki impian yang sama untuk mengembangkan ilmu yang pernah kita
dapatkan saat masih menjadi mahasiswa di daerah Bogor, yaitu ilmu tentang
kepedulian dan kemanusiaan. Kita berencana membuat kelompok kecil berisikan
anak-anak yang berdomisili sekitar sekolah tempat kami mengabdi sementara untuk
memberikan ilmu tentang kehidupan kepada mereka, baik ilmu tentang nilai-nilai
karakter, ilmu sekolahan ataupun tentang indahnya mengenal indonesia lebih
dekat.
Saat
itu, kami merasa belum berbuat apa-apa untuk Indonesia, bahkan bagi kami (aku
dan satria) merasa bahwa untuk mengubah Indonesia ini menjadi lebih baik tak
cukup hanya kami berdua saja, mesti ada orang lain yang turut serta membantu
perjuangan ini. Terbersitlah untuk mengajak dua orang saudari kami sesama
alumnus dari kampus di Bogor, yaitu Kak Indri dan Kak Yulia untuk membantu
rencana ini, hanya saja belum kami utarakan hingga detail teknisnya.
Seiring berjalannya waktu, kami masing-masing disibukkan dengan kegiatan
dan aktivitas kami di kelas, walaupun sesekali kami hang out keluar
untuk sekedar nonton bareng atau pun liburan bareng bersama rekan dekat di
sekolah.
Setahun sudah kepergianmu kini sahabatku yang kuanggap sebagai saudara, saudara seiman dan saudara
seperjuangan, 25 Juni 2018 – 25 Juni 2019, banyak kenangan bersamamu dan banyak
pula yang telah engkau ajarkan kepadaku, semoga menjadi pemberat amal baikmu
dan menuntunmu berada di sisi-Nya. Aaamiin Ya Rabbal Alamin.
Komentar
Posting Komentar