DDS (Donor Darah Sedunia)
Berbicara tentang donor
darah, Alhamdulillah aku telah membuat keputusan untuk merutinkan diri donor
darah setiap 3 bulan sekali. Bisa melalui event donor darah sukarela atau
mampir ke kantor Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) yang
berada tak jauh dari tempat tinggalku.
Donor Darah Sedunia
diperingati setiap tanggal 14 Juni, selalu memberi daya tarik tersendiri untuk
diikuti. Sebagai seorang pendonor, moment besar seperti ini layak untuk ikut
andil dan berpartisipasi. Mulailah diriku mencari info mengenai Donor Darah
Sedunia ini, dilokasi mana akan diadakannya, yang jaraknya bisa aku jangkau
tentunya. Dari IG, Facebook hingga status Whatsapp, aku tongkrongin
berharap ada info yang kutemukan, mulai H-3 tepatnya aku gencar unuk mencari
info, namun belum berbuah manis.
Selain mencari
informasi mengenai pelaksanaan donor darah, aku pun menjaga kesehatan diri agar
nanti ketika hari H bisa menyumbangkan darah sesuai dengan aturan yang berlaku
saat mendonor, misalnya syarat bagi pendonor agar bisa menyumbangkan darah
secara umum yaitu, usia pendonor mulai dari usia 17 tahun hingga 65 tahun,
berat badan minimal 45 kg, temperatur tubuh 36,6 – 37,5 derajat Celcius,
tekanan darah yang dianjurkan yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100
mmHg, denyut nadi teratur sekitar 50 – 100 kali/menit, kadar Hemoglobin (Hb)
perempuan > 12 gram dan kadar Hemoglobin (Hb) pria > 12,5 gram. Nah, dari
semua syarat umumnya, yang paling aku khawatirkan untuk di tolak saat mendonor
adalah kadar Hemoglobin (Hb) rendah dan atau tekanan darah rendah yang biasanya
terjadi karena si pendonor kurang istirahat atau kurang fit saat akan mendonor.
Inilah alasan kenapa aku harus menjaga kesehatan agar bisa ikut berpartisipasi
dalam kegiatan donor darah sedunia nanti.
Sehari sebelum
kegiatan, akhirnya aku menemukan informasi terkait kegiatan donor darah sedunia
tersebut, yang dilaksanakan oleh Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD
PMI) Prov. DKI Jakarta dan bakal di hadiri oleh ketua PMI, bapak Jusuf Kalla
dan Gubernur Prov. DKI Jakarta, bapak Anies Baswedan. Di hadiri oleh dua tokoh
nasional tersebut, membuatku semakin bersemangat untuk mengikuti acara donor
darah sedunia.
Semangat yang sudah on
fire membuatku semakin menjaga kesehatan diri. Mulailah aku mencoba
berbagai alternatif agar tubuhku bisa fit keesokan harinya saat akan mendonor.
Salah satu alternatif yang bisa aku lakukan yang paling sederhana dan murah
meriah pastinya yaitu dengan tidak tidur terlalu larut, sehingga aku sudah
berencana untuk tidur tidak lebih dari jam 10 malam. Biasanya jika keesokan
harinya libur, tidur malam bisa sampai dinihari, ini sudah jadi kebiasaan
lamaku. Tapi khusus untuk malam ini, aku akan tidur lebih awal agar esok bisa
ikut menjadi salah satu pendonor di acara yang aku anggap keren banget, apalagi
ada tokoh nasionalnya hehehe. Tak lupa aku pun telah membuat janji sama temanku
untuk bertemu di lokasi donor, kebetulan ia juga sebagai pegawai di UTD PMI.
Keesokan harinya
sebelum berangkat ke lokasi donor, aku berencana untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi, minimal aku mengkonsumsi bubur kacang ijo, sebagai salah satu
makanan favoritku, dan sudah lama pula aku tidak memakannya. Akhirnya aku
mencoba mencari di beberapa tempat untuk membelinya, karena bubur kacang ijo di
tempatku sudah mulai langka, banyak warung yang tutup atau bisa jadi aku
mencarinya terlalu kepagian, sekitar jam 7 pagi, dimana biasanya masih banyak
warung yang tutup. Setelah sekian tempat aku sambangi, akhirnya aku menemukan
warung bubur kacang ijo dan tak pikir panjang, akupun membeli seporsi, walaupun
bubur kacang ijonya tak lengkap karena tidak ada santannya. Jika bubur kacang
ijo tidak ada, alternatif lainnya adalah bisa meminum susu beruang yang banyak
di jual di kios-kios.
Setelah sarapan nasi
dan dilanjutkan dengan sarapan bubur kacang ijo, akupun bersiap untuk berangkat
ke lokasi donor darah yang tak jauh dari tempat tinggalku.
Selama perjalanan,
pandanganku tak hanya mengarah ke depan saja, namun sesekali memalingkan wajah
ke sebelah kanan, sembari melihat kondisi lokasi donor yang memang berada di
sebelah kanan. Depan lokasi telah nampak kendaraan terparkir dengan rapi dan
mulai banyak yang berdatangan, padahal waktu itu masih pagi, sekitar pukul 8-an
lah kira-kira.
Sesampainya di lokasi
donor-tentunya udah parkir kendaraan donk-, penerapan protokol kesehatan sangat
ketat, ya namanya juga PMI, pastilah sangat menjaga kesehatan, terlebih dalam
kondisi pandemi seperti ini. Aku menuju ke bagian pendaftaran, letaknya
disebelah kiri gedung utama, dulunya tempat parkir kendaraan roda dua, sekarang
beralih fungsi menjadi lokasi pendaftaran awal, karena mesti menjaga jarak
aman.
Saat di lokasi
pendaftaran, formulir yang di isi ada dua lembar, lembar pertama, pertanyaannya
seputar Covid-19 dan lembar kedua pertanyaannya seperti biasa terkait data diri
calon pendonor. Setelah formulir pendaftaran selesai di isi lalu kuserahkan
petugas, dan ia mengambil lembar pertama dari formulir tersebut, lalu aku di
arahkan masuk ke dalam gedung utama untuk mengambil nomor antrian, seperti
biasanya. Hanya saja, masuk ke dalam gedung utama lewat pintu samping, karena
pintu utama diperuntukkan untuk tamu spesial yang akan datang, yaitu Ketua PMI
dan Gubernur DKI Jakarta.
Aku mendapatkan nomor
antrian 064, lalu menunggu sejenak, akhirnya nomor antrianku di panggil untuk
ke ruang pemeriksaan Hb. Alhamdulillah hasilnya 14,6 gram, jauh di atas angka
minimal untuk mendonor. “berhasil” pikirku dalam hati. Tetap menunggu sejenak,
tak lama kemudian di panggil untuk masuk ke ruang dokter. Biasanya di sini akan
di cek tekanan darah, lalu ditanyakan beberapa hal terkait kesehatan oleh
dokter, misalnya tidur cukup kan? Atau sekedar nanya, udah sarapan? Dan lain sebagainya.
Di dalam ruangan
dokter, langsung aku dipersilahkan duduk dan menanyakan namaku. Tetapi aku tak
langsung di periksa tekanan darah, hanya ditanyakan terakhir donornya kapan?,
aku pun menjawab, kalau di UTD PMI terakhir bulan desember tahun lalu, tapi
jika mendonor terakhir bulan februari, kebetulan saat itu ada tetangga yang
membutuhkan darah. Setelah pertanyaan tersebut, dokter lalu membuat surat
pengantar untuk ke bagian konfirmasi di lantai 3 pada hari kerja. Menurut
beliau, aku belum diperbolehkan untuk donor kembali karena data donor terakhir
saya di bulan desember, ada sedikit masalah terhadap darah yang saya donorkan,
sehingga harus menanyakan ke bagian konfirmasi karena mereka yang lebih paham
terkait darah donor.
Serasa tersambar petir,
semangat untuk mendonor malah harus terhenti di tengah jalan karena ada masalah
dengan darah saya terakhir mendonor. Menurut dokter di ruang pemeriksaan, kemungkinan
hal ini terjadi karena saat mendonor, kondisi pendonor sedang kurang fit,
sehingga mengalami sedikit masalah dalam darah. Akhirnya pulang dengan tangan
kosong dan semangat yang mengendor.
Keesokan harinya, aku
kembali mendatangi kantor UTD PMI untuk ke bagian konfirmasi di lantai 3.
Sesampainya di sana, ketemu dengan petugas konfirmasi, isi formulir lalu
pengambilan sampel darah sebanyak 3 tabung ukuran kecil. Kemudian hasilnya akan
ada di hari Rabu mendatang dengan menelpon ke nomor kantor.
Kekhawatiran terkait
hasil pemeriksaan darah membuatku takut dan dalam hati berkecamuk tak karuan,
apalagi di masa pandemi kayak gini. Dalam surat yang diberikan dokter untuk ke
bagian konfirmasi lantai 3 UTD PMI saja ada yang bertuliskan kata ‘reaktif’,
makin membuat hati ini dag dig dug deh rasanya.
Menjelang informasi
hasil laboratorium dari UTD PMI, aku mengalami kesulitan tidur, seperti orang
yang tidak tenang, karena ketakutan yang kurasakan, padahal kata istri dan kata
teman yang bekerja di UTD PMI, hal tersebut wajar dan biasa terjadi, namun tak
pernah ada masalah yang pelik dalam kasus yang sama. Apalagi diriku sudah
sering mendonor, jadi jangan khawatir katanya.
Hari rabu pun tiba, siang harinya selepas sholat
dhuzur, akupun memberanikan diri untuk menelpon pihak konfirmasi UTD PMI.
Setelah beberapa lama berbicara dengan petugasnya, aku pun merasa tenang dan
senang, walaupun awalnya sangan khawatir, tetapi setelah mendengar penjelasan
dari petugas konfirmasi, entah kenapa perasaanku jadi tenang, apa karna hasil
lab yang baik? Atau kah yang lainnya, yang penting hasil lab mengenai darahku
saat itu, alhamdulillah bagus dan tak ada masalah sama sekali, dan aku pun
diminta untuk cek lab lagi 3 bulan kedepan yaitu di bulan september. Semoga
hasil berikutnya baik, sehingga aku bisa mendonor seperti sedia kala. Aamiin
Komentar
Posting Komentar