OPERASI SEMUT
5 Februari 2015
Hari ini aku
ingin membuat sesuatu hal yang baru, ya untuk membentuk kebiasaan para siswa
cinta pada kebersihan di sekitar kelasnya atau di lingkungan sekolahnya. Aku
melakukan ketika bel panjang telah berbunyi, aku pun melakukannya seorang diri
tanpa di dampingi oleh guru yang berada di sekolah.
Dengan tegas aku menyuruh anak – anak
untuk berbaris sesuai dengan kelasnya masing – masing, laki – laki dan
perempuan pun berbaris di barisan yang berbeda. Agak butuh waktu untuk
menertibkan mereka, wajarlah, mereka tak begitu paham apa yang aku katakan,
karena selama ini mereka belum pernah melakukan hal seperti itu, ini kali
pertama mereka, jika ada, hanya ketika upacara bendera saja di hari senin,
itupun jika hujan tidak turun di hari sebelumnya, yang membuat halaman sekolah
menjadi becek dan berair.
Barisan sudah rapi dari kelas satu
hingga kelas enam, dan sekali lagi, aku sendirian tanpa ada yang mau
membantuku, mungkin mereka hanya ingin melihat aksiku saja. Setelah barisan aku
rasa cukup rapi, akupun mulai membuka apel pertama di pagi ini,
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” sapaku pada anak – anak, merekapun
antusias menjawab salamku “Wa’alaikum Salam Warahmatulahi Wabarakatuh”, “anak –
anak, selamat pagi, mungkin ini baris pertama yang pernah kalian lakukan,
kecuali saat ingin upacara bendera saja, tapi hari ini, tanggal 5 Februari
2015, kita akan mulai mencintai sekolah kita agar tetap bersih, sehat dan rapi.
Jadi hari ini kita akan melakukan operasi semut, taukah kalian operasi semut?”
tanyaku pada anak – anak, “tau pak, yang ada di tanah itu, suka dengan yang
manis – manis” kata mereka menimpali pertanyaanku. “ya bukan itu, kalau semut
sich benar, tapi ini operasi semut. Operasi semut itu adalah semua memungut,
artinya kita semua memungut sampah yang ada di sekitar sekolah kita, jika sudah
memungut sampah kalian kembali lagi di barisan ini, jangan dahulu di buang di
tempat sampah. Ok” lanjutku memberikan keterangan.
Tak susah memberikan perintah kepada
mereka, segera mereka laksanakan apa yang aku perintahkan dengan semangat. Tak
lama kemudian mereka kembali ke barisan mereka masing – masing dan akhirnya aku
menyuruh mereka untuk mengangkat sampah yang mereka bawa, sekedar untuk
memberikan contoh agar tak ada siswa yang tidak memungut sampah, dan ternyata
mereka semuanya memungut sampah, itu artinya mereka sangat peduli dengan
lingkungan mereka. Dan segera saja aku menyuruh mereka untuk membuang sampah
yang mereka bawa dan terakhir kembali lagi ke barisannya untuk bersiap masuk ke
dalam kelas, tapi tak lupa aku menyuruh mereka untuk mencuci tangan sebelum
masuk ke dalam kelas, agar mereka terhindar dari penyakit.
Hari ini aku masuk ke dalam kelas enam,
kelas yang sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir, kira – kira sekitar 3
bulan lagi. Aku khawatir mereka belum mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian
tersebut. Di dalam kelas, aku kebanyakan memberikan motivasi kepada mereka,
agar senantiasa belajar dan terus belajar.
Awal pembelajaran, aku berikan permainan
“walking spidol” atau dalam bahasa indonesia, spidol berjalan. Ketika
kusebutkan artinya, banyak dari mereka terheran – heran, bagaimana bisa spidol
berjalan? Dan permainan ini aku selipkan pembelajaran matematika di dalamnya
yaitu bentuk perkalian yang aku adopsi khusus untuk kelipatannya saja.
Aturan mainnya adalah dimulai dari
kesepakatan untuk menggunakan kelipatan berapa, misalnya permainan di mulai
dengan kelipatan 4, maka setiap siswa yang mendapatkan giliran saat kelipatan 4
harus mengatakan “boom”, dan selanjutnya angkanya berjalan normal kembali.
Pengucapan angka di masing – masing siswa, di ikuti dengan pengucapan angka
secara berurutan dan pemindahan spidol setiap selesai mengucapkan angka ataupun
boom saat giliranya tiba. Akhir dari permainan ini, jika telah ditemukan
beberapa siswa yang salah menyebutkan antara angka dan boom saat gilirannya
berlangsung, karena tidak fokus dan tidak konsentrasi.
Permainan ini baru aku lakukan di kelas
6, mereka sangat antusias, apalagi ini baru bagi mereka. Dalam kondisi yang tak
begitu baik karena penyakit ambeyenku kambuh, aku tetap semangat dalam
melakukan tugasku di dalam kelas. Cukup alot permainan ini berlangsung, hingga
akhirnya kutemukan ada 5 orang siswa yang gagal dalam permainan ini, 4 orang
laki – laki dan seorang siswi perempuan. Mereka berlima aku hukum dengan
bernyanyi lagu balonku ada lima yang seluruh huruf vokalnya diganti dengan
huruf ‘o’ tapi siswa yang tak kena hukuman harus duduk rapi dan siap melihat
mereka tanpa memperlihatkan gigi sama sekali. “Ini ujian berat bagi mereka”
pikirku dalam hati. Tapi sungguh mereka luar biasa, tertawa, tersenyum bahkan
ada yang sampai malu – malu, mereka semua bergembira, sungguh bahagianya aku
melihat senyuman anak Indonesia yang luar biasa. Aku bangga jadi anak
Indonesia.
Sepulang dari sekolah aku beristirahat,
lelah melandaku di tambah penyakitku yang tak kunjung membaik. Aku khawatir
jika harus di rawat di Rumah Sakit, biayanya dari mana, pikirku menyelimuti
pikiranku yang sedang berkelamut dengan segala beban yang ada. Tapi aku sadar
ini adalah ujian dari Sang Pemilik Semesta, dan tak mungkin melewati dari batas
kemampuanku.
Ketika sore hari, siswaku datang untuk
belajar tambahan mengenai matematika yang akan mereka siapkan untuk mengikuti
lomba di kecamatan. Sekalian aku menjadikan istana anak dalam tugasku di
penempatan. Sebelum maghrib kami memulainya, beberapa soal aku berikan kepada
mereka berdua, Rohim dan Sainta, namanya, murid kelas 5 ini telah di tunjuk
oleh wali kelas mereka untuk mewakili sekolah. Mereka bukanlah siswa yang
begitu pandai tapi aku yakin mereka memiliki sesuatu kelebihan sesuai dengan
teori Gardner dalam Multiple Intelegensy-nya.
Hingga setelah maghrib kami lanjutkan
kembali membahas soal – soal yang aku berikan kepada mereka berdua, hingga
malampun tiba, pembelajaran di tutup dengan teknik cepat melakukan perkalian
menggunakan jari atau lebih di kenal dengan istilah “Jarimatika”. Besok akan
aku ulangi apa yang kulakukan hari ini, semoga bisa terlaksana. Aamiin
Komentar
Posting Komentar