MEMBENAHI KESALAHAN
8 Februari 2015
Hari ini aku
terkejut melihat pembantaian yang terjadi di lapangan hijau. Markas besar
Athletico Madrid sebagai saksi bisu betapa tak berdayanya Christiano Ronaldo
dan kawan – kawan saat bertandang ke markas besar Athletico Madrid dalam
lanjutan Liga Spanyol, pertandingan derby madrid kali ini, CR7 dan kawan –
kawan mesti pulang dengan kepala tertunduk, karena dikalahkan tim sekotanya, 4
gol tanpa balas.
Aku menonton pertandingan ini sambil
terkantuk – kantuk di gedung koperasi PGRI kecamatan Cibitung melaui laptopku
yang kupasang dalam mode live streaming,
dengan jaringan yang terkadang baik kadang pula buruk, akibat jaringan yang
mesti di gunakan bersama oleh 3 pengguna. Ya 3 pengguna, aku, pak Umar dan Kak
Heri yang berada di gedung ini sedari sore tadi. Ada pula pak Uci yang setia
menemani kami di gedung ini, mau berdingin – dingin ria menikmati nikmatnya
kuasa Ilahi.
Aku tak kuasa menunggu esok pagi, karena
aku dan kak Heri berencana mengembalikan laptop punya mba Ulfa yang telah kami
install ulang. Jadi beban pikiran juga bagiku dan kak Heri, karena laptop ini,
laptop baru dibeli dan sudah tak bisa digunakan, akibat keteledoranku sendiri,
aku egois dengan kemampuanku di bidang komputer yang masih seumur jagung. Dalam
kondisi uang yang tak ada dan harapan pun tinggal harapan.
Paginya, kak Heri tak bisa memberikan
yang terbaik untuk laptop tersebut, berbagai cara kami lakukan, di bantu pula
oleh jaringan wifi di gedung ini yang sedari kemaren telah banyak membantu kami,
search sana search sini, unduh sana unduh sini, colok sana colok sini,
tapi itu semua belum mampu memberikan solusi yang terbaik untuk laptop mba
Ulfa.
Semakin siang semakin aku tak enak hati
oleh pak Umar yang selalu menemaniku, padahal ia memiliki aktivitas yang lain
di luar sana. Aku semakin tak bisa berpikir rasional, pukul 11 mendekati siang
hari ini pun aku belum berbenah diri, mandi dan sebagainya, jangankan mandi,
makanpun kami belum lakukan, padahal boleh dikata, inilah faktor pertama
manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Tapi rasanya, perut pun mengetahui
betapa sibuknya tuannya, pikirannya lagi kacau balau jikalau harus membawa
laptopnya ke kota, apa lah nanti yang bisa di buat oleh mba Ulfa dalam
mengerjakan tugas – tugasnya, ada laptop saja belum tentu bisa kami lakukan
dengan baik, apalagi ketika tak ada laptop, aaaaarrrrrgggghhhh pengen teriak
rasanya, kepala mau pecah, aku takut dan aku tak tau diri. Aku harus membenahi
kesalahanku di masa lalu. Entah bagaimana pun caranya.
Sore sudah mulai menampakkan kehadirannya,
laptop ini pun tak kunjung membaik, terdengar kabar bahwa hardisknya terkunci
dan kami berdua bersama kak Heri belum dapat software perbaikannya. Hingga
akhirnya kami sepakat untuk membawa pulang laptop tersebut, sembari kak Heri
menanyakan kepada teman – temannya di
grup IT. Kami pulang pun secara bersamaan, sekitar pukul 4 sore kami beranjak
dari gedung koperasi PGRI yang sedari kemaren sebagai tempat baru yang aku
kunjungi.
Selepas dari gedung koperasi PGRI aku
dan pak Umar berangkat menuju jalan yang berbeda. Jalanan yang luar biasa
sulitnya, akibat hujan yang melanda sebelumnya. Aku pun sempat mampir kembali
di rumah pak Sarman dan berbincang dengan kepala sekolah yang kebetulan ada di
rumah pak Sarman. Hampir satu jam aku di sana dan segera berpamitan untuk
pulang. Perjalanan pun dilanjutkan menuju ke rumah pak Umar yang melintasi
jalanan yang luar biasa beceknya. Melintasi sungai kecil yang memiliki air
jernih nan sejuk, tak lupa aku sempatkan untuk mengambil gambar sebagai bentuk
rasa syukurku melintasi daerah ini.
Tiba di rumah pak Umar, aku sempatkan
diri untuk berbersih diri, mandi dan tak lupa aku disuguhkan makanan, walaupun
aku masih merasa kenyang, di rumah pak Umar bertemu dengan ibu dan adiknya pak
Umar yang mengajar sebagai sukwan di MTs dan SMK. Menjelang maghrib, aku pun di
antar balik ke rumah pak Ajum, seperti biasa jalanan yang kami lalui begitu
sempurna untuk mobil offroad melewatinya, kiri kanan, depan belakang penuh
dengan tantangan. Tiba di rumah, aku dapati pak Ajum sedang berada dalam
selimut tidurnya, beliau sakit dan tak enak badan, ku prediksikan beliau itu
karena kecapean, bolak – balik beberapa kali ke pasar cibaliung.
Malam ini aku lalui dengan rasa senang
dan terus bersyukur atas apa yang aku alami dan merasa kelelahan akibat rute
perjalanan yang begitu dahsyatnya. Membuat setiap orang yang belum terbiasa
mengalami sakit dan pegal – pegal. Tapi tetap menjadi pengalaman tersendiri
yang selalu aku catat dalam hidup ku inidan akan aku ceritakan kepada orang
lain suatu saat nanti, saat waktu yang tepat.
Komentar
Posting Komentar