KELAS RANGKAP



13 Februari 2015
Jumat berkah, semboyan hari ini untuk setiap umat muslim dimanapun ia berada. Banyak yang berdoa untuk menjadikan hari ini, hari yang berkah buat kehidupannya. Begitulah denganku, setelah shalat subuh tak lupa aku untuk membaca alquran seperti biasa, dan aku menyelesaikan apa yang bisa aku kerjakan di pagi hari, menyapu, membersihkan tempat tidurku, merapikan pakaian bersihku dan mandi lalu bersiap untuk ke sekolah lebih awal dari biasanya.
Hari ini hujan terus mengguyur daerah penempatanku sedari malam hujan tak mau reda. Seperti ingin terus mengguyur daerah ini yang beberapa hari sudah tak mendapatkan air hujan. Setiap air hujan yang turun adalah rezeki yang patut kita syukuri. Karena hujan mengguyur dari semalam, sehingga bisa aku pastikan jalanan menjadi becek dan licin, kekhawatiranku melangkah jauh ke siswa – siswa ku yang banyak tak datang kesekolah karena kondisi cuaca yang tak bersahabat bagi mereka yang ingin menuntut ilmu itu. Terbukti benar, ketika masuk ke sekolah banyak siswa yang tidak hadir, ya alasannya pasti alasan klasik seperti dulu ketika aku sekolah. “Hujan pak jadi malas jalan kaki karena jalanan becek” itulah salah satu alasan siswa ketika ku tanya jika tak datang ke sekolah saat hujan tiba.
Bukan hanya siswa yang seperti itu, hal ini berimbas juga terhadap guru – guru di SD ku ini, tak hayal hanya aku berdua yang datang ke sekolah untuk menangani kelas 1 hingga kelas 6. Hari ini bakalan aku merasakan yang namanya kelas rangkap, yang biasa teman – temanku rasakan di pelosok sana. Kelas rangkap, jadilah aku “GURU OEMAR BAKRIE” jaman dahulu, yang bisa mengatasi kelas hingga lebih dari satu.
Aku dan pak Tuhri yang datang di hari ini, kami membagi tugas, masing – masing mengawasi tiga kelas sekaligus. Kuawali kelas ku mulai dari kelas 5, yang kutugaskan untuk membuat surat untuk para SAHABAT PENA-nya di daerah Wakatobi, aku memberikan contoh kecil mengenai apa yang akan mereka tulis di dalam surat tersebut. Tak butuh waktu lama aku menjelaskan kepada mereka semua. Cukup singkat, jelas dan padat, berisikan mengenai diri mereka masing – masing, menceritakan tentang diri mereka. Setelah aku menjelaskan itu semua, aku pun melanjutkan ke kelas 6. Di kelas ini aku mencoba untuk memperbarui posisi duduk mereka. Bukan seperti tempat duduk kovensional lagi, tapi kali ini aku bentuk seperti huruf “U”. Tapi bukan hanya sekedar posisinya saja yang berubah, melainkan semuanya di tambah dengan adanya papan nama pemilik tempat duduk tersebut.
Selepas dari kelas 6, aku pun lanjut lagi ke kelas 3, kelas yang baru aku masuki untuk berkenalan dengan mereka. Seperti biasa, aku menyuruh mereka untuk memperkenalkan tentang diri mereka secara bergantian di depan kelas. Tak begitu lama proses perkenalan di kelas 3, karena memang jumlah siswa yang datang di hari ini hanya sedikit, hanya 11 orang, jauh dari jumlah sebenarnya.
Perkenalan selesai, aku mulai memberikan tepukan upin ipin, tepuk keren dan terakhir aku ajarin lagu “Tugasku di Sekolah” yang hari sebelumnya aku ajarkan kepada siswa kelas 2. Sama halnya dengan siswa kelas 2, siswa kelas 3 ini sangat antusias dalam memahami lagu dan gerakan yang aku ajarkan, hingga akhirnya mereka telah mengetahui dan mahir memperagakannya sendiri.
Selepas dari kelas 3, aku kembali lagi ke kelas 6 untuk melihat perkembangannya, ternyata belum semua selesai dengan pekerjaannya, masih ada siswa yang memberikan efek warna terhadap papan nama mereka. Akupun beranjak menuju kelas 5 yang sedang membuat surat untuk sahabat pena mereka. Ketika tiba di kelas 5, aku meminta beberapa siswa untuk membacakan surat yang mereka buat, sungguh tercengang aku di buatnya, tulisan mereka bagus – bagus dan isi surat pun tersampaikan dengan apik, sungguh mutiara di ujung kulon yang mulai tertinggalkan oleh jaman yang kasar. Dari beberapa siswa pun ada yang membuat pantun, “darimana datangnya lalat, kalau bukan dari taman, dari mana datangnya surat, kalau bukan dari teman” seperti itulah pantun yang di buat oleh anak – anak, sungguh baik dan indah sesuai dengan ciri – ciri pantun yang baik.
Seperti sebelumnya, aku kembali lagi kelas 6, untuk memantau, sungguh pekerjaan yang luar biasa, membutuhkan tenaga ekstra besar dan butuh kesabaran yang tinggi dalam menjalaninya. Aku pun langsung menerawang jauh mengingat pengorbanan guru – guru terdahulu, guru yang disematkan tanda “GURU OEMAR BAKRIE” bukan guru sembarangan, aku saja sangat kewalahan, masih muda pula, tapi guru dahulu, sudah berusia lanjut tapi memiliki semangat yang tak pernah padam. Kembali di kelas 6, mereka telah siap dengan papan nama mereka, buatannya bagus dan indah semua, mereka memang berbakat. Langsung saja aku menyuruh mereka untuk mengatur posisi tempat duduk mereka membentuk huruf “U” yang nantinya lebih membuat leluasa bergerak, banyak ruang kosong yang terbentuk dan banyak tempat untuk bisa lebih mengeksplore apa yang mereka miliki. Namun satu hal yang menjadi kekhawatiranku, yaitu ketika pak Uci tak setuju dengan apa yang aku rencanakan, nanti malah ia tak senang telah mengobrak – abrik kelasnya tanpa seizin dia, namun aku tetap optimis, beliau takkan marah kepadaku.
Setelah dari kelas 6, aku kembali lagi ke kelas 5. Untuk kelas 3 suadah datang pak Hudri dan Pak Udin yang membantu kami dalam menangani kelas. Surat – surat kelas 5 aku kumpul dan aku sortir untuk mendapatkan surat yang layak untuk di kirim dan pantas untuk ukuran mereka, jangan sampai ada yang tak layak di dalam isinya. Hingga bel panjang tanda pulang mengitari telingaku cukup lama, dan kami semua pun bersiap untuk pulang.
Selepas pulang dari sekolah, sambil menunggu waktu shalat jumat tiba, akupun menyelesaikan tugasku mengetik kunjungan ke beberapa perangkat desa yang telah aku lakukan. Setelah selesai shalat jumat, aku ingin ke sekolah untuk melihat siswa – siswa dalam melakukan kegiatan pramuka yang di latih oleh para siswa dari MTs, namun sayang, waktu itu hujan telah turun dengan sangat derasnya, sehingga menahanku di rumah dalam keadaan sepi dan gelap, karena adanya pemadaman listrik untuk di daerahku.
Hingga malam hari aku hanya bersantai ria menikmati indahnya daerah penempatan yang di selimuti oleh dinginnya cuaca yang di akibatkan dari turunnya hujan yang mengguyur hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku MASIH ADA Karya Bang Syaiha

CATUR HADI BOWO PURWADI

DDS (Donor Darah Sedunia)