PERKALIAN
17 Februari 2015
Hari ini aku
datang lebih awal dari biasanya, pukul 07.30 WIB. Lebih awal karena memang
cuaca hari ini baik, cerah dan tak mendung, membuat semangat pagi anak – anak
untuk berangkat ke sekolah lebih berasa. Aku pun demikian lebih bersemangat,
hanya saja ketika tiba di sekolah, siswa siswi masih pada main ke sana ke sini
tanpa memperdulikan kelasnya yang masih kotor yang disebabkan sampah berserakan
di mana – mana.
Seperti biasa, aku memberikan perintah
kepada mereka agar segera membersihkan kelasnya, tak butuh waktu lama, mereka
secara serentak langsung membersihkan kelasnya masing – masing. Sungguh
generasi muda ini sangat cekatan dan lugas dalam bekerja, semoga mereka bisa
tersadar dengan pentingnya kebersihan lingkungan sekolah mereka. Aamiin.
Apel pagi belum di mulai, rencananya
hari ini aku akan mengundang guru untuk bergantian memberikan amanah saat apel,
tapi lagi dan lagi, guru – guru tak kunjung nampak dari balik pagar yang
terbuat dari kayu tersebut. Aku sedikit berpikir apa yang salah dengan sekolah
ini? Kenapa guru – gurunya tak kunjung datang cepat, walaupun aku telah
mempercepat waktu kedatanganku ke sekolah.
Setelah apel pun, barulah guru – guru
tersebut pada datang semuanya. Tapi aku di sibukkan dengan para siswa yang
datang untuk meminjam buku bacaan, antusias mereka untuk membaca buku sungguh
di luar akal sehatku, entah ada apa ini, apakah hanya ingin memperlihatkan
padaku bahwa mereka semua memiliki hobi membaca? Ataukah hanya ikut – ikutan
temannya yang keliatan keren dengan menenteng sebuah buku bacaan dari
perpustakaan? Atau hanya sebatas bangga menuliskan namanya di antara deretan
peminjam buku di sebuah kertas yang aku buat sebelum mereka datang meminjam?
Atau betul – betul bahwa mereka ingin menambah wawasan dan pengetahuan mereka
terkait sebuah ilmu? Entahlah aku hanya bisa berprasangka yang baik – baik pada
siswaku, semoga mereka bisa menjaga dan memelihara buku tersebut yang masih
apik keliatan dari covernya yang masih bersih dan tanpa noda.
Aku mencoba masuk ke dalam kelas 4 yang
selama ini aku tak pernah masuk ke dalam kelas tersebut, nah hari inilah
saatnya aku berkenalan secara langsung. Sebanyak 20 orang anak di dalamnya, dan
mereka sungguh antusias, mungkin karena aku adalah orang baru yang mereka
lihat. Setelah dari kelas 4 aku pun kembali ke ruang guru mencoba lebih
mengakrabkan diri pada guru – guru yang datang tak terkecuali pak Deden yang
hari ini agendanya kami akan menjenguk pak Ajum yang sedang sakit di
Pandeglang. Tetapi, kendaraan yang akan kami gunakan ternyata di gunakan oleh
sepupu pak Deden untuk menjenguk pak Ajum pula. Akhirnya agenda hari ini,
semakin tak jelas, mesti nunggu kendaraan pak Deden datang dari Pandeglang.
Selain pak Deden, aku pun mencoba
diskusi dengan guru – guru yang sedang bebas tugas sembari menunggu jam
istirahat datang. Banyak permasalahan yang terjadi di sekolahku terutama
mengenai uang bantuan operasional siswa yang tak jelas arahnya kemana. Entah
nanti mesti usut punya usut bagaimana ya? Yang pastinya aku akan menceritakan
hal ini kepada timku di Pandeglang ini berhubung hari kamis lusa kami berenam
akan kumpul untuk sama – sama membahas persoalan tim.
Bel istirahat berbunyi sebagai tanda
pelajaran sebelum istirahat selesai. Seperti biasa di sekolah selalu ada
cemilan sebagai bentuk keakraban yang terjadi di antara para guru – guru yang
ada. Setelah istirahat, aku masuk ke kelas 6 untuk mengajarkan mata pelajaran
matematika, tapi jadwal pelajaran yang begitu tak baik, karena pagi harinya
mereka belajar PJOK, kemudian setelah istirahat belajar matematika, sungguh
jadwal pelajaran yang tragis, aku tak senang dengan jadwal seperti ini, lelah
fisik karena berolahraga di pagi harinya di tambah lelah pikiran di siang
harinya karena ilmu hitung yang begitu sukar bagi mereka.
Aku pun menemukan para siswaku yang tak
semangat di awal aku masuk ke kelas. Namun setelah aku berikan ice breaking
sekedar untuk menumbuhkan semangat mereka aku pun bisa melihat senyuman dan
semangat yang terpancar dari wajah mereka, sungguh betapa bahagianya aku.
Di akhir pembelajaran sebelum pulang
sekolah, aku memberikan soal perkalian kepada mereka, siap yang bisa menjawab
dengan benar dan cepat akan aku pulangkan lebih dulu. “4x5 sama dengan berapa?”
kataku kepada mereka semua, tiba – tiba ada siswaku di belakang yang
mengacungkan tangan tanda ingin menjawab soal yang ku berikan. Sentak saja
akupun berkata “yap, Nurmin silahkan”, “20 pak” kata Nurmin memberikan
jawabannya padaku. “ya, silahkan pulang duluan Nurmin”. Betapa senangnya Nurmin
pulang dahulu di bandingkan teman – temannya yang lain. Dan selanjutnya aku pun
satu persatu memberikan soal perkalian kepada mereka. Tak begitu susah aku
membuat soal perkalian, hanya berkisar di antara perkalian 2 hingga 7. Tapi
masih banyak siswaku yang tak paham dengan itu semua. Hingga siswa terakhir
yang begitu susah untuk menjawab perkalian yang aku berikan. 7x1 pun di
jawabnya dengan 8, mati akal awak pikirku dalam hati. Dan setelah kejadian ini
aku pun, berusaha untuk membulatkan tekad agar mereka bisa perkalian, minimal
perkalian yang dasar – dasar saja. Aamiin
Selepas pulang seklah aku nyanti seperti
biasa bercengkrama dengan pak Sukim, kakak dari pak Ajum yang sedang menjaga
rumah. Walaupun aku sadar ingin mengerjakan tugasku dan segera membuka laptop
agar semuanya segera selesai. Tapi tak sanggup aku untuk membukanya. Sebeluma
aku membuka laptopku, datang pak Deden untuk mengajakku bersiap – siap karena
kami akan ke Pandeglang sebentar lagi. Segera saja aku bersiap dan bergegas
untuk membereskan barang – barang yang kiranya akan aku gunakan saat keluar
kampung. Prediksiku akan balik lagi di kampung di hari sabtu atau minggu nanti.
Tepat pukul 2 siang, aku dan pak Deden
berangkat ke Pandeglang, aku sebagai nahkoda kendaraan yang kami gunakan, cukup
membuatku kewalahan membawanya di jalan yang berbatu ini, tak hayal di tengah
perjalanan kami sempat jatuh dan terguling, untung saja tak terjadi apa – apa
dengan apa yang aku alami saat ini. Hingga kami bisa melanjutkan lagi
perjalanan menuju Pandeglang. Dan akhirnya kami tiba tepat adzan maghrib
berkumandang di rumah sakit berkah yang berada di pandeglang.
Malam harinya, aku, pak Deden dan pak
lurah baring bersama di pelataran gedung rawat inap. Kami semua tidak di
bolehkan untuk tidur di dalam ruang perawatan pasien, karena pengunjung yang
menginap di batasi hanya untuk dua orang saja, sehingga hanya pak Wiryo dan
ibunya pak Ajum saja yang berada di sisi pak Ajum. Dan baru terjadi di
pengalaman baruku kali ini, bersama pak lurah bermalam di rumah sakit dan tidur
di pelataran gedung. Menjadikan cerita seru nanti buat para generasi penerus
bangsaku.
Komentar
Posting Komentar