SDN BANYUASIH 3



21 Februari 2015
Hari ini, aku dan kak Heri bersiap untuk menghadiri kegiatan yang di laksanakan oleh teman – teman markom di kecamatan cigeulis. Pagi sekali aku dan kak Heri berangkat menuju ke daerah lokasi kegiatan, kulihat jam di tanganku, menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Kami start dari kecamatan cimanggu, kata masyarakat yang ada di sini, itu jam 10 atau jam 11 sudah bisa tiba di lokasi yang aku dan kak Heri tuju.
Perjalanan menuju lokasi yang kami tuju sangatlah jauh. Jalanan yang kami lalui, masuk keluar kampung, lubang sana dan lubang sini, kubangan sana dan kubangan sini, hingga akhirnya aku dan kak Heri jatuh di sebuah kubungan yang mengakibatkan sepatu yang kugunakan basah total, dan celana kak Heri sebagian basah. Aku tak habis pikir, saat kami jatuh dengan kondisi yang begitu kotor, kami akan berjumpa dengan orang banyak, di setiap perjalanan, kami berharap agar tak melalui jalan yang telah kami lalui saat berangkat, sehingga sangat kami harapkan ada rute perjalanan lainnya.
Dengan sedikit tanya sana dan tanya sini, akhirnya kami tiba di sebuah kampung daerah pesisir dimana terletak SDN Banyuasih 3 yang sejauh mata memandang bagian belakang sekolah tak jauh lagi adalah laut lepas. Dimana laut tersebut adalah laut selat sunda yaitu selat yang menghubungkan antara pulau jawa dan pulau sumatera.
Setibanya di sekolah tersebut, kami berjumpa dengan kak Ari, alumni SGI angkatan 5 yang dahulu di tempatkan di SDN Banyuasih 3 ini, dia ikut sebagai pemandu perjalanan para relawan yang datang jauh dari jakarta. Aku pun sempat tanyakan kepadanya, “ini adalah kegiatan apa kak ?”, sembari menunjukkan baju kaos yang di pakainya, kak Ari menjelaskannya padaku, “ini adalah tourism volunteer, dimana mereka adalah para relawan yang memberikan, merasakan dan turut terjun langsung untuk melihat kegiatan anak – anak di daerah marjinal sekaligus mereka jalan – jalan untuk melihat keindahan alam daerah terpencil yang masih hijau, damai, tenang dan jauh dari hingar bingar keramaian kendaraan, jumlahnya mereka pun cukup banyak ada 40 orang yang terdiri dari berbagai jenis profesi dan keahlian masing – masing. Ada yang sebagai fotografer, pembuat video, karyawan, karyawati, blogger, mahasiswa dan guru” begitulah penjelasan dari kak Ari.
Lama kami bercengkrama di sekolah tersebut, hingga aku dan kak Heri berkenalan dengan seorang guru yang bisa saya katakan sok tau sekali, dia menceritakan mengenai semua kegiatan SGI dan anehnya dia bercerita kepada kami yang notabene adalah mahasiswa SGI, padahal di awal kami telah memperkenalkan diri sebagai mahasiswa SGI Angkatan 7 yang beda dua angkatan dari kak Ari. Tapi saat dia menceritakan mengenai SGI aku dan kak Heri sesekali saling pandang dan mengikuti alur ceritanya saja, agar dia tak merasa lain – lain untuk bercerita mengenai SGI. Sungguh aneh pikirku, apalagi terkait buku exit program penempatan SGI Angkatan 5 kemaren yang bertajuk “Batu Daun Cinta Teman Belajarku” yang tak luput dari cerita.
Setelah siang menjelang, para relawan tadi beranjak ke daerah berdirinya MDA (Madratsah Diniyah Awaliah) yang didirikan oleh tim kak Ari selama penempatan. Aku dan kak Heri menyempatkan diri berkunjung ke pantai yang menghubungkan dua pulau besar di Indonesia. Dengan di temani 3 orang anak daerah tersebut, kami menyusuri pantai yang indah dengan air laut yang saat itu lagi surut, deburan ombak yang begitu baiknya memecah suasana siang kami yang begitu panas. Aku dan kak Heri mengambil beberapa cindera mata berupa kerang – kerang kecil dan batu laut yang terdampar di pesisir pantai. Setelah asyik dan merasa cukup bermain di pantai, aku dan kak Heri kembali ke sekolah dan melanjutkan perjalanan mengikuti para relawan menuju daerah MDA.
Disana, kami di suguhkan makan siang yang begitu lezat, khas masakan daerah. Setelah selesai makan, kami berdialog dengan beberapa orang yang tertarik dengan apa yang kami lakukan di daerah terpencil, apalagi selama setahun lamanya. Seperti biasa, aku dan kak Heri menceritakan mengenai itu semua dengan gaya dan bahasa kami masing – masing, sembari tanya jawab pun berlangsung di tambah dengan mas Angger yang kebetulan ikut dalam rombongan tersebut.
Setelah ikut berkenalan dengan anak – anak MDA, aku dan kak Heri pamit pulang kembali ke cimanggu tempat mba Ulfa dan teman – teman akhwat yang lainnya. Kami berangkat pukul 5 sore menyusuri jalanan yang mengarah ke sumur, tempat kami pernah menginap saat sebelum penempatan. Jauh perjalanan pulang kami sore ini, tapi semua terbayarkan dengan suasana sun set yang begitu indahnya, sudah lama aku tak merasakan hal ini, terakhir saat aku di kendari, terkadang aku sengaja datang untuk melihat matahari terbenam di telan lautan yang terhampar di hadapanku.
Sekitar pukul setengah 8 malam barulah kami tiba di tempat kami menginap, setelah melalui banyak pengalaman yang aku dapatkan hari ini, sisa aku berceritakan kepada para teman akhwatku ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku MASIH ADA Karya Bang Syaiha

CATUR HADI BOWO PURWADI

DDS (Donor Darah Sedunia)