PESANTREN MIFTAHUL HUDA
19 Februari 2015
Hari pertama aku
di tempat ini, hujan terus mengguyur daerah ini tanpa mau berbelas kasih kepada
kami yang hanya bisa meratap dingin dari balik jendela, memandangi air yang
jatuh dari langit begitu kerasnya tanpa peduli kepada orang – orang seperti
kami yang membutuhkan sinar mentari pagi demi kelangsungan pertumbuhan. Namun
itu semua takkan aku sesali, setiap titik – titik air yang tumpah dari langit
adalah sebuah keberkahan untuk seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Hanya saja
aku sedikit tak bisa menikmati indahnya daerah ini karena di selimuti oleh
dinginnya air hujan.
Air terus mengguyur daerah ini hingga
tengah hari, membuatku dan membuat teman – temanku pada malas beraktivitas,
hingga akhirnya perut pun memanggil mereka untuk segera membuat sesuatu yang
bisa kami masukkan ke dalam lambung, agar asam lambung kami tetap bekerja
optimal yang menyebabkan mereka bisa berfungsi sebagaimana baiknya.
Sarapan kali ini begitu istimewah
bagiku, walaupun hanya dengan indomie yang dicampur oleh telur, tapi sangat
lezat bagiku. Ini bukan karena sedang lapar, bukan pula karena persoalan
gratis, tapi karena hal ini di lakukan oleh kami berenam, ya berenam dengan
para guru – guru hebat dari pelosok negeri ini, bersama kak Heri, mba Ulfa, mba
Sasni, mba Nur, mba Anti dan aku tentunya yang selalu melengkapi mereka semua.
Masakan kali ini langsung dirangkapkan
dengan makan siang, terasa sedikit asin makananku kali ini, karena bumbu dari
indomie yang diberikan terlalu banyak, seharusnya memakai rumus “ “ sesuai dengan banyaknya indomie yang di
buat, begitulah rumusnya, nanti akan mendapatkan sesuatu rasa yang pas, tidak
asin dan tidak hambar.
Selepas makan sembari menunggu listrik
menyala kembali, kami sedikit bercerita mengenai pengalamanku di sekolah yang
aku dapatkan beberapa hari setelah aku di sana, bingung juga melihat teman –
teman ku yang dalam posisi mendengarkan tapi lebih tepatnya dalam posisi akan
tidur siang, karena berhubung saat ini sudah menunjukkan lewat tengah hari dan
waktunya untuk tidur siang. Hingga akhirnya beberapa dari temanku tertidur
sembari mendengarkanku bercerita, ibarat seorang anak sedang mendengarkan orang tuanya menceritakan sebuah
dongeng yang indah. Setelah lampu menyala, kami langsung menyalakan laptop
masing – masing untuk menyelesaikan tugas yang belum sempat kelar. Tapi lain
lagi jika aku, aku sibuk ingin menonton film Harry Potter yang aku tunda
semalam, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, film ketiga dari serial
Harry Potter yang sedari dulu aku senang untuk menontonnya.
Setelah itu, barulah aku melihat tugasku
kembali sebelum beranjak untuk berangkat ke rumah kepala sekolah mba Ulfa untuk
berdialog banyak mengenai kegiatan program. Setelah dari kediaman kepala
sekolah mba Ulfa, kamipun berpisah di persimpangan mesjid yang sebelumnya kami
mampir dahulu di rumah pak Arta, ketua RT di kampung Tagelan ini.
Aku dan kak Heri pun menyempatkan singgah
di mesjid seraya untuk melaksanakan shalat Maghrib secara berjamaah dan ingin
mengikuti pengajian rutin yang di laksanakan di kampung ini. Walaupun kami ragu
dengan apa yang kami lakukan ini, berhubung kami adalah orang baru yang tak tau
apa – apa, tapi harapan kami adalah ingin membangun silaturahmi dengan para
penduduk desa ini agar kami kedepannya tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi
karena telah memperkenalkan diri di lingkungan masyarakat.
Pengajianpun di mulai dengan di pimpin
oleh pak Aden, ketua yayasan pesantren Mifathul Huda, tempatku menginap. Saat
sebelum pengajian di mulai, di depanku telah bercongkol sebuah gelas berisi
kopi hitam dan sepiring penuh kue tradisional berbagai macam rupa. Disampingku
kak Heri duduk bersila dengan rapinya. Ia malah lebih parah, di depannya
tersimpan sebatang rokok kretek keluaran dji
sam soe seraya mengajak orang yang di dekatnya untuk mendekat dan
mengambilnya agar mulai menyalakan api di ujung batang rokok tersebut, tapi
sudah dari sananya, kami berdua tak bisa untuk merokok, walaupun mesti di
paksa.
Setelah pengajian selesai, barulah kak
Heri di berikan waktu untuk bebicara dan di persilahkan untuk memperkenalkan
tim kami di Pandeglang. Tak berlangsung lama kegiatan ini dan di lanjutkan
dengan shalat isya secara berjamaah.selepas itu, barulah kami pulang kembali ke
asrama dan berniat menyelesaikan tugas kami yang masih banyak menumpuk, namun
tidak segampang yang kami harapkan. Kami di ajak ngobrol oleh pak Aden hingga
larut malam, pukul 11.00. dan barulah setelah beliau pulang, kami melanjutkan
tugas kami yang besok harus dikumpulkan dan dikirim melalui email. Kami semua
di sibukkan dengan tugas yang aku yakin pasti selesai dalam semalam.
Komentar
Posting Komentar