PERMULAAN YANG BAIK
4 Februari 2015
Hari ini, aku
awali hariku di desa Kutakarang, daerah penempatanku, sampai saat ini aku masih
dalam proses penyesuaian diri. Pagi ini berbeda dari pagi yang sebelumnya,
masih teringat jelas, kemarin aku masih berada di kota dengan jaringan sinyal
yang banyak, tapi pagi ini, jaringan di tempatku sangat terbatas. Tapi dengan
keterbatasan yang ada tak akan mengurangi semangatku.
Hari ini aku akan kembali masuk
kesekolah lagi, bertemu dengan senyuman hangat dari anak – anak hebat penerus
bangsa Indonesia. Pagi – pagi aku sudah ke sekolah, melihat anak – anak, mereka
lalu mendekatiku dan menyalamiku, bahagia rasanya aku, pagi – pagi telah di
sambut hangat oleh mereka. Aku sungguh bersyukur di tempatkan di sekolah ini,
di daerah ini dan tentunya bertemu dengan orang – orang ini, walaupun sampai
saat ini, aku masih mencoba memahami bahasa mereka.
Aku melihat anak – anak lagi asyik bermain
karet bagi anak perempuan dan anak laki – laki yang lagi melakukan lompat jauh,
dari tingkatan tinggi yang beragam, mulai dari 60 cm hingga 110 cm. Banyak yang
bisa dan banyak juga yang gagal dalam melakukan lompatan, tapi itu semua tak
menyurutkan tekad mereka untuk terus mencoba menjadi lebih baik.
Hari ini aku masuk dikelas lima
berhubung ada mata pelajaran matematika di jadwal mereka. Aku sedikit kaget
dengan jadwal yang aku lihat, disana tertulis pukul 07.30, tapi masuk sekolah
pun dimulai pukul 08.00. ini sudah korupsi waktu pikirku. Setelah mengajar
matematika di kelas lima, akupun mencoba mengklarifikasikan kepada wali kelas
mereka, pak Umar namanya. “Pak, jadwal masuk sekolah saya liat tadi setengah 8,
tapi kok....” aku tak melanjutkan pertanyaanku, ia pun langsung paham maksudku
dan berkata “memang betul pak Sapto, setengah delapan, hanya saja sekarang kan
musim hujan jadi perjalanan pun diperhitungkan, karena jalan yang susah di
lalui, gurunya pun demikian pak Sapto, nah kecuali nanti saat musim kemarau,
akan kembali lagi sesuai dengan jadwal”. Akupun hanya mengangguk, bingung dalam
benakku, aku ingin hal ini berubah, aku tau hal ini keliru tapi aku masih belum
bisa berbuat banyak. Mungkin nanti ada waktunya aku mengungkapkan semuanya,
jangan langsung merubah yang telah ada, nanti disangka aku sok tau lagi atau sok ngatur
dan sebagainya, aku tak mau yang seperti itu.
Selepas pulang sekolah, aku di ajak sama
pak Ajum ke kampung sebelah, kampung Rorah Badak, kampung tempat orang tua pak
Ajum. Hingga malam aku di sana, shalat maghrib pun aku di sana, dan banyak
cerita dengan pak RT dan pak RW, dan sedikit memperkenalkan diri dan asal usul
aku hingga bisa aku tiba di kampung ini.
Komentar
Posting Komentar