OLYMPIAD MATHEMATIC AND SCIENCE
7 Februari 2015
Pagi yang ku
tunggu pun tiba, masih teringta jelas, sabtu pekan kemaren aku masih berada di
kota Serang dan merasa kesakitan karena perut yang melilit akibat masuk angin.
Kali inipun aku masih merasakan sakit, sakit yang berbeda. Ambeyenku semakin
sakit terlebih lagi ketika telah membuang hajat (maaf bicara jorok ya), sakitnya gak
ketulungan.
Aku rutin meminum obat pemberian mba
Fitri, sellau ku ingat pesan dia, agar jaga kesehatan dan sering – sering
mengkonsumsi sayuran yang memiliki serat tinggi.
Setelah bersiap, aku dan yang lainnya,
pak Umar, pak Ajum, Sainta dan Rohim bergegas untuk berangkat ke SDN Cikadu 1
yang berada di kecamatan. Aku berdua dengan pak Ajum, sedangkan kedua siswaku
bersama pak Umar. Aku merasa sangat kesakitan mana kala motor yang aku
tunggangi menghantam seuah batu yang memang jalanannya tak rata dan berlubang.
Beberapa kali aku meminta sama pak Ajum untuk menurunkanku, agar aku berjalan
kaki saja, tapi berkali – kali pula pak Ajum melarangku. Hingga aku hanya bisa
pasrah saja, mengharap semua akan baik – baik saja.
Setiap motor yang aku tumpangi berhenti
di situlah waktu yang aku gunakan untuk menghela napas panjang atas derita
sakit yang kurasa. Begitu menyiksa sakit ambeyen ini. Entah kapan bisa sembuh
totalnya, apakah aku harus di operasi juga?mengeluarkan biaya hingga puluhan
juta? Seperti yang dilakukan oleh orang kebanyakan?dimana aku bisa ambil uang
sebanyak itu?mulailah berkecamuk yang ada di pikiranku, sampai membuatku pucat
pasi dibuatnya.
Tiba di SDN Cikadu 1, aku merasa
bersyukur dan bisa lebih lama berdiri pikirku. Di sana aku berjumpa dengan
banyak guru dari berbagai sekolah yang ada di kecamatan Cibitung, aku banyak
bercerita mengenai SGI dan semua programnya, mereka begitu antusias dengan apa
yang aku bicarakan, hingga akhirnya aku dikenalkan dengan seorang kepala
sekolah dari desa Kiara Jangkung, desa tempat almarhumah melakukan asesment,
beliau bercerita mengenai SGI diawal mereka datang untuk asesment, dan ketika
beliau konfirmasi lagi terhadap para mahasiswa yang melakukan asesment dari SGI
ia kaget bukan main sebab, orang yang datang dahulu kini telah tiada. Ya itulah
almarhumah Jamila Sampara, beliaulah yang datang melakukan asesment bersama mba
Chica, di desa Kiara Jangkung. Setelah lama aku bercerita dengan kepala sekolah
ini, aku pun di perkenalkan dengan pak Kusnaidi, beliau adalah anggota pengawas
kegiatan olimpiade kali ini dan aku pun dimintanya untuk membantu menjawab soal
olimpiade, yang benar saja, aku sempat terperanjat melihat soal matematika
tersebut, soalnya berbahasa inggris semua, tak ada satu pun berbahasa
indonesia. Edan pikirku, aku saja
sedikit mengalami kebingungan, bagaimana dengan siswaku di dalam sana yang sedang
melakukan tes, aku tak habis pikir, pemerintah begitu teganya dengan pendidikan
anak – anak yang ada di desa seperti ini.
Butuh waktu agak lama aku mengerjakan
soal olimpiade ini, padahal hanya 20 nomor saja, ditambah lagi pembendaharaan
bahasa inggrisku yang tak banyak, alhasil membuatku sedikit kelabakan dalam
menjawab soal. Banyak guru – guru yang menyayangkan hal ini, “dalam bahasa
indonesia saja, siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk berpikir, apalagi
ini dalam versi bahasa inggris” terang pak Sumantri salah satu operator di
sekolah.
Aku hanya terdiam saja melihat hal ini,
entah apa yang akan aku lakukan nantinya. Aku hanya ingin mendiskusikan dengan
para anggota timku. Walaupun demikian, salah satu siswaku, lolos ke putaran
final, masuk dalam 5 besar dari seluruh peserta yang ikut, artinya siswa
tersebut mengalahkan 14 sekolah, karena jumlah sekolah yang mengikuti olimpiade
ini, sebanyak 19 sekolah.
Selepas dari mendampingi siswa ikut
lomba. Aku berkunjung kerumah pak Aneng untuk shalat dhuzur dan lanjut ke rumah
pak Sarman untuk memprint dan memberitahukan bahwa kami mau ke koperasi untuk
mengirim data dan mendownload sepuasnya, sekalian untuk memperbaiki laptop mba
Ulfa yang sudah sakit sejak tanggal 2 kemaren. Aku kasian sama mba Ulfa yang
susah untuk mengetik tugas yang diberikan oleh pihak manajemen SGI.
Hari ini aku janjian bertemu dengan kak
Heri, tapi sudah senja pun kak Heri tak nampak batang hidungnya, banyak hal
yang harus saya bicarakan kepadanya, apalagi mengenai keadaanku di penempatan.
Setelah aku hubungi, kak Heri baru bisa datang di sini esok pagi di hari
minggu, karena tak adanya kendaraan yang mengantarnya. Tapi ketika maghrib
tiba, kak Heri muncul di temani oleh pak Dudu untuk ke koperasi ini. Aku
bersyukur bisa berjumpa dengannya dan masih dalam keadaan sehat wal afiat.
Banyak yang kami kerjakan, tapi aku tetap tak enak dengan pak Umar yang sedari
kemaren menungguku di sini, menemaniku untuk mengirim tugas dan dia belum
pulang kerumahnya sejak dua hari yang lalu, entah apa nanti yang bisa aku
berikan kepadanya, semoga Allah bisa membalas semua kebaikannya kepadaku,
walaupun bukan dari aku mungkin dari orang lain sebagai perantaranya. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar