SERASA PULANG KAMPUNG



26 Januari 2015
Hari ini aku dan kelima kawan ku berencana untuk memberikan surat kepada beberapa instansi terkait yang ada dijajaran kabupaten Pandeglang dan juga hari ini kami diaegndakan untuk saling sharing dan berdiskusi dengan para awak media yang tergabung dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Pandeglang.
Banyak hal yang kami siapkan kali ini, walaupun merasa telah disiapkan semua, aku selalu merasa serba kekurangan, masih ada rasanya yang belum disiapkan, entah apa itu, walaupun hanya di dalam benakku saja.
Pagi benar aku dan kak Heri sudah melakukan persiapan. Dan sungguh aku merasa bahagia hari ini, sebab aku dan semua temanku disuguhkan bubur kacang ijo, salah satu makanan favoritku yang selalu kurindukan, serasa pulang kampung beneran, Alhamdulillah syukur aku ucapkan.
Agenda yang pertama pagi ini yaitu berkunjung ke Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang. Hanya aku dan kak Heri yang berangkat, mengingat biaya yang mesti kami keluarkan cukup besar jika berangkat berenam, maka tim leader memutuskan hanya ikhwannya saja yang berangkat. Rute ke arah tujuan sudah kami kantongi, kami berdua siap untuk berangkat, dan tak lupa kami pun berpamitan kepada keluarga mba Ilfa yang sudah mau menampung kami selama ini dan kepada para pengurus lembaga Harfa cabang Pandeglang.
Tujuan kami telah jelas, dengan maksud yang tak kalah jelas, tinggal eksekusi aja di lapangan nanti. Setibanya di kantor Dinas Pendidikan, kami langsung menuju Kasubag Umumnya sekedar untuk menanyakan perihal bapak Sekertaris Dinas yang terhormat sembari memberikan surat yang telah kami rancang untuk ‘big boss’ pendidikan Pandeglang. Sama seperti dulu ketika masih kuliah, namanya birokrasi pemerintahan dimana – mana sama saja tak ada bedanya, yang membedakan hanya gesture wajahnya saja. Jadi sekali lagi serasa pulang kampung, di Kendari pun demikian, masih teringat jelas ketika berurusan dengan para birokrasi pemerintahan untuk mensukseskan kegiatan kampus, perlu banyak – banyak mengelus dada dan beristighfar, sebab sering kali kami mendapatkan pil pahit atau makan hati, jika jaman sekarang sich biasanya di plesetin “sakitnya tuch disini”. Banyak janji – janji palsu yang kami rasakan, ketika berinteraksi dengan para pembesar yang ada di pemerintahan. Seperti biasa, idealisme yang dibangun ketika jaman mahasiswa itu sangatlah kental dan penuh tantangan. Terkadang saya tak habis pikir, yang dulunya sering demo, meneriakkan keadilan sana sini, ketika diberikan jabatan dan kekuasaan, lupa akan daratan. Begitulah pula para pemerintahan jaman sekarang, dulunya mereka adalah orang – orang yang sering membela rakyat, sekarang malah berbalik menyengsarakan rakyat.
Selepas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang, kami hanya membawa seberkas MoU yang dititipkan kepada kami untuk diberikan ke pengelola Sekolah Guru Indonesia – Dompet Dhuafa. Kami melanjutkan kembali kunjungan kami ke kantor Dinas Kesehatan untuk berdialog langsung dengan kepala dinas, tapi sayangnya kami hanya di sambut oleh bagian kesehatan lingkungan dan bukan kepala bidangnya, hanya seorang pegawai di bidang tersebut, walaupun demikian kami tak patah arang untuk itu semua, sehingga tetap kami utarakan maksud dan tujuan kedatangan kami. Banyak hal yang kami bicarakan, terutama mengenai kegiatan kami di bidang kesehatan yang notabene bersinggungan dengan dinas kesehatan itu sendiri.
Serasa pulang kampung, itulah kalimat yang paling tepat mengutarakan keadaanku saat ini. Lagi – lagi, respon pemerintahan tetap saja sama, sama seperti di kota asalku berasal, Kendari Sulawesi Tenggara. Dan lagi – lagi, hanya bisa berlapang dada, sesuai dengan lirik lagu berikut
“...kau harus bisa bisa berlapang dada, kau harus bisa bisa ambil hikmahnya...
Itulah yang menggambarkan betapa hebatnya sistem pemerintahan kami saat ini, banyak yang tutup mata dan tutup telinga, tak peduli dengan semua yang ada.
Perjalanan terus berlanjut, aku dan kak Heri – tim leaderku, menuju kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Disana kami akan bertemu dengan teman – temanku yang lainnya. Sambil ngobrol ringan, aku dan kelima temanku memperkenalkan diri, dan langsung membahas mengenai kegiatan kami di kabupaten ini. Banyak hal yang kami bicarakan dan Alhamdulillah dari pihak PWI itu sendiri bersedia membantu mempublikasikan semua kegiatan yang kami lakukan, hitung – hitung sebagai penyelesaian target yang diberikan oleh pengelola SGI. PWI sebagai wadah yang akan kami manfaatkan untuk menyiarkan dan memberitahukan kepada publik – khalayak ramai, mengenai dunia pendidikan yang sebenarnya di kabupaten Pandeglang.
Selepas dari pertemuan singkat bersama awak media dari PWI, aku dan kak Heri melanjutkan untuk mengedarkan surat ke Radio Berkah dan Kementrian Agama. Jalan tak selalu mulus, dua tempat yang bakal kami sambangi itu, tidak dapat berjumpa dengan orang yang kami tuju, hal ini dikarenakan mereka pada punya agenda diluar kantor. Akhirnya surat yang kami berikan hanya kami titipkan, kecuali untuk di Kementerian Agama, kami bawa kembali suratnya.
Setelah semua telah beres, kami pun bergegas menuju Serang, ibukota provinsi Banten. Teman – teman akhwat telah menunggu di terminal untuk menunggu bus arah Serang. Tak begitu lama ternyata waktu yang diperlukan untuk menuju kota Serang, sekitar sejam lah kami sudah tiba menuju Serang. Dan akhirnya kami meluncur ke Dompet Dhuafa Banten yang merupakan cabang dari Dompet Dhuafa pusat yang berada di Ciputat. Sungguh lagi – lagi “serasa pulang kampung”. Nuansa hijau yang menandakan Dompet Dhuafa terasa sekali, sambutan hangat para penghuninya menambah rasa rindu kami akan kondisi di Sekolah Guru Indonesia yang berada di Bogor. Dan kami berdua, yang ikhwan, menginap di kantor ini, sedangkan empat temanku yang akhwat, menginap di Asrama Relawan Dompet Dhuafa.
Malam ini kami merasakan perasaan yang berbeda, suasana hijau yang kental dan sangat mempesona khas gaya Dompet Dhuafa. Dengan fasilitas yang ada, kami di silahkan untuk menggunakannya sebagai mana mestinya, sungguh karunia sang Pencipta kepada para hamba-Nya yang bergerak di jalan yang baik, selalu bertemu dengan orang baik pula. Insya Allah kita semua selalu berada di lindungan-Nya dan selalu meluruskan niat. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku MASIH ADA Karya Bang Syaiha

CATUR HADI BOWO PURWADI

DDS (Donor Darah Sedunia)