MENIKMATI KOTA SERANG
27 Januari 2015
Pagi pertama
dikota Serang Provinsi Banten. Provinsi yang dipimpin oleh “si doel” anak betawai yaitu Rano Karno,
beliau merupakan pelaksana tugas dari gubernur sebelumnya, beliau awalnya
merupakan wakil gubernur Banten, karena gubernur Banten memiliki permasalahan,
makanya ia langsung naik tahta menjadi seorang gubernur, kayak kisah – kisah
jaman dulu aja yach, naik tahta segalanya. Hihihi....
Pagi
yang berbeda pula yang kurasakan di kantor Dompet Dhuafa Banten yang notabene
merupakan kantor cabang dari Dompet Dhuafa pusat yang berada di Ciputat
provinsi yang sama, yaitu di provinsi Banten. Aku dan kak Heri, pagi – pagi
sudah membahas masalah pernikahan, berhubung aku membaca sebuah postingan dalam
versi bahasa Inggris di sebuah media sosial-instagram, sontak aja aku memberitaukan pada kak Heri, “ kak Heri ini liat
sebentar, bagus loch” kak Heri pun mendekat, sambil menunjuk di layar handphone
saya, aku pun berkata “kak Heri ini, maksudnya ada percakapan antara pria dan
wanita yang sedang terkena virus merah jambu,
Pria :
taukah kamu dimana nanti aku akan menciummu
Wanita :bibir?
Pria :
tidak
Wanita : pipi?
Pria :
tidak
Wanita : leher?
Pria :
bukan
Wanita : lalu
dimana?
Pria : di
mesjid di depan seluruh keluargamu dan mereka mengatakan‘SAH’.
Itulah
percakapanku dengan kak Heri di pagi hari, percakapan yang selalu membuat siapa
saja akan merasa tertarik untuk membahasnya, apalagi kami di Sekolah Guru
Indonesia di haruskan untuk tidak menikah dahulu sebelum proses penempatan
selesai.
Agenda
hari ini, kami-Tim JUST FUN-Pandeglang, ingin berkunjung ke Radio Republik
Indonesia, sebagai salah satu bentuk kerjasama kami dengan para jaringan dan
mitra yang akan menunjang kegiatan kami selama di penempatan dan sebagai bentuk
pesan terhadap pak Parni Hadi yang berpesan agar kami bisa berkunjung ke RRI.
Sambutan
hangat dari ibu Asih, awalnya tak begitu baik, informasi yang kami bangun
sedikit melenceng dari harapan.
Beliau nanggapinya berbeda seperti ada miskomunikasi, ya seperti itulah adanya,
kami belum selesai menjelaskan, ia langsung memotong dan mengiyakan semua yang
kami ingin lakukan. Hingga akhirnya, hampir diakhir pembicaraan kami, setelah
di jelaskan oleh kami secara runtut dan sistematis, akhirnya beliau pun paham
dengan maksud kami. Dan beliau sangat welcome
dengan hal yang seperti ini, kami bahkan di minta untuk atur jadwal kegiatan
kami di RRI kedepannya.
Setelah
dari RRI kami pun tiba – tiba secara mendadak langsung menuju ke UNBAJA atau
Universitas Banten Jaya, berhubung SGI angkatan 5 yang terdahulu, telah
membangun jaingan dengan seorang dosen dari universitas tersebut, hanya saja
belum sampai pada tahap pembahasan program kerjasama, makanya kami ingin
melanjutkan hubungan baik tersebut. Setibanya di sana, beliau tak ada ditempat,
nomor yang kami dapatkan pun tak bisa bicara banyak. Sekalian ada di daerah
sana kami pun sepakat untuk berkunjung menemui ketua BEM universitasnya sekedar
silahturahmi saja, bukan hanya itu, kami pun sempatkan untuk membangun
silahturahmi dengan ketua OSIS SMK Banten Baja yang berada satu lokasi dengan
UNBAJA itu sendiri. Dan dari perbincangan dengan ketua OSIS, Uswatun Khasanah,
kami mendapatkan informasi bahwa di Banten itu sendiri ada perkumpulan
komunitas Istana Belajar Anak Banten, yang notabene hampir mirip dengan kami
yaitu mengajar di daerah pelosok, hanya saja mereka masih tingkat SMA/MA/SMK
yang berada di sekitaran kota Serang, kegiatannya pun dilakukan rutin tiap
pekan dan di akhir bulan barulah mereka berkunjung ke daerah pelosok untuk
saling berbagi ilmu dan juga pengalaman.
Sore
kami baru pulang dari perjalanan kesana kemari, hingga kami pun semua berpisah
kembali, aku dan kak Heri kembali ke kantor Dompet Dhuafa Banten, sedangkan mba
Ulfa, mba Sasni, mba Anti dan mba Nur melanjutkan ke arah asrama relawan yang
mereka tumpangi untuk menginap.
Setibanya
kami di kantor, kami berdua berjumpa dengan pak Hasan, salah seorang pembina
untuk cabang Banten. Kami pun mengobrol dengan beliau sekedar cekakak cekikik.
Hingga akhirnya menjelang maghrib barulah semua beranjak untuk pulang, kecuali
uda Iwan yang menemani kami hingga menjelang isya, sampai makanpun kami berdua
dengan kak Heri di traktir untuk malam ini, karena dia bangga bisa menjadi
bagian dari kisah perjalanan kami para relawan pendidikan dari Sekolah Guru
Indonesia. Dia pun masih muda, tak jauh beda dengan kami, ia pun pernah mencoba
untuk mengikuti program tersebut, hanya saja tak bisa lulus, mungkin belum
rejekinya atau bahkan Allah SWT memberikannya rejeki di tempat lain, karena
untuk bermanfaat bagi orang lain tak hanya di satu tempat, bahkan banyak sekali
pintu – pintu rahmat dari Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar