MY BOOK
28 Januari 2015
Hari yang begitu
menyenangkan sepertinya untuk edisi kali ini. Sebab aku dan aku Heri akan
berkunjung ke beberapa tempat untuk mengantarkan surat audiensi. “bakalan banyak tempat baru yang akan aku
sambangi” pikirku dalam hati.
Sekitar pukul 08.00 lewat kami berdua
meminjam kendaraan dari pegawai di Dompet Dhuafa Banten ini, biasalah untuk
sekedar menghemat waktu dan biaya perjalanan. “mas hari ini apa agendanya?” tanya kak Heri kepada pegawai
tersebut, “tidak kemana-mana mas Heri,
ada apa ya?” sambutnya menimpali pertanyaan kak Heri. Kak Heri melanjutkan
“rencananya mau pinjam motor untuk antar
surat, boleh gak pinjam motornya?” “oh
iya boleh – boleh, tapi helmnya hanya ada satu nich, atau gini aja dech, tunggu
karyawan yang lain datang untuk pinjam helmnya. Gimana?” lanjutnya. “oh iya mas, siip”. Kak Heri pun
diberikan kunci kontak motor yang akan kami gunakan, dan ternyata tak lama
kemudian karyawan yang lainnya tiba. Akhirnya kami pun meminjam helm. Tak lupa
sebelum kami berangkat, aku meminta STNK dari motor yang akan kami gunakan.
Berbekal dengan helm dan surat – surat kendaraan yang lengkap, kami pun
akhirnya beranjak dari Dompet Dhuafa Banten yang menjadi tempat kami untuk
menginap.
Motor merk Honda warna dominan hitam ini
yang akan menemani kami hari ini dan tak patut kemungkinan kami akan
menggunakannya lagi di lain waktu. Sasaran pertama kami yaitu menuju Radar
Banten, tempat yang menjadi perjanjian kami dengan salah satu teman wartawan
Uda Iwan, yang malam sebelumnya memberikan pin BBM untuk saling komunikasi
lebih intens. Namanya Hilal Ahmad di sapa dengan nama Hilal, seorang redaktur
yang mengedit tulisan yang bakalan di muat oleh koran keesokan harinya. Beliau
masih muda dan sangat ramah. Ruangan kerjanya di lantai lima, kami naik
menggunakan lift untuk bisa menuju ke ruangannya. Di sana kami ngobrol banyak mengenai Sekolah Guru
Indonesia, dan setidaknya terjadilah wawancara ringan antara kami dan dia, kan
dia seorang wartawan jadi wajarlah. Sampai akhirnya kami ingin beranjak untuk
pergi, kami sempatkan untuk berfoto di depan Radar Banten dan bakalan di muat
di koran esok harinya.
Setelah dari Radar banten, kami akhirnya
berkunjung ke MAN 2 Kota Serang, sekedar untuk membangun jaringan terhadap
pihak sekolah dan para pengurus OSIS di sekolah tersebut, dan juga berkunjung
ke SMK Banten Jaya, dengan tujuan yang sama, yaitu membangun jaringan, alih –
alih mungkin bisa saling bersinergi dengan beberapa program yang kami
canangkan. Misalnya saja, untuk penggalangan dana dan donasi baju bekas layak
pakai. Apalagi para siswa dan siswi yang ada di kota Serang ini, membentuk
sebuah komunitas untuk menggerakkan pendidikan agar lebih baik lagi. Insya
Allah bisa bersinergi dengan baik. Aamiin
Kelar di sekolah kami pun melanjutkan
perjalanan menuju Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3 Banten) yang
jaraknya lumayan jauh juga. Awalnya kami menuju ke Kementrian Agama, tak lama
kami ada di kantor tersebut, karena hanya bisa mengirimkan surat, untuk perihal
kegiatannya baru bisa di cek kembali di hari Jumat. Sama halnya dengan
Kementrian Agama, di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten
juga demikian, kami hanya bisa mengantar surat belum bisa follow up suratnya. Tak jauh beda dengan pengalaman kami di dua
kantor pemerintah Banten tersebut, di kantor Gubernur pun demikian, kami malah
di suruh ngecek suratnya di hari
Senin depan, bakalan lama lagi kami di kota ini, pikirku dalam hati.
Selepas dari itu semua, akhirnya kami
berencana untuk pulang dan mencari pengisi lambung, tapi sebelum itu kami
berdua menyempatkan diri untuk shalat Dhuzur di Mesjid besar yang ada di depan
kantor gubernur. Bukan main besarnya mesjid ini, megah dengan arsitektur yang
sangat apik, sejuk, rindang banyak pohon dan yang pasti corak warnanya tak
bosan untuk di pandang. Hanya saja selepas dari shalat, kami di mintai biaya
parkir oleh petugas keamanan di situ, wajarlah karena mereka pun hanya
menjalankan tugas dan hitung – hitung sebagai jasa mereka telah mengamankan
kendaraan kami.
Lambung telah terisi, motor pun kami
isi, akhirnya kami pulang kembali ke kantor Dompet Dhuafa Banten. Tapi tak lama
kemudian kami pun berangkat lagi ke suatu tempat yang antah berantah, tapi
ujung – ujungnya kami bercengkrama di mesjid yang ada tidak jauh dari kantor
tersebut. Lama kami di sana hingga akhirnya sore pun menyapa kami dan
mengharuskan kami untuk segera kembali.
Tiba di kantor, aku melihat kiriman buku
yang di pesan kemaren tiba, kiriman yang terbungkus rapi dengan corak warna
coklat khas dari sebuah kiriman terpampang di atas meja resepsionis kantor. Aku
pun menghampirinya dan segera aku membukanya, penasaran seperti apa rupa buku
yang direkomendasikan oleh mba Ulfa Wardani kepadaku beberapa hari yang lalu.
Ketika aku buka, sampul bukunya keren, dengan corak warna dominan merah dan
bertuliskan “Baarakallaahu Laka
Bahagianya Merayakan Cinta”. Buku yang sangat pantas di berikan kepada
pengantin baru sebagai kado pernikahan.
Ketika membuka bukunya, akupun membacanya
dengan seksama, banyak yang aku bisa ambil pelajaran di dalamnya, walaupun
masih sedikit lembaran yang aku baca tapi cukuplah memberiku gambaran mengenai
isi secara keseluruhan buku tersebut. Intinya buku ini sangat baik sesuai
dengan rekomendasi dari mba Ulfa mengenai buku ini. Tapi sayang seribu kali
sayang, ini masih jauh dari harapanku, aku sebaiknya belum bisa membacanya
karena aku belum menikah, tapi satu hal yang aku ambil pelajarannya, yaitu cara
aku untuk mempersiapkan diri menuju jenjang tersebut. Semoga di mudahkan dalam
setiap niatan baik kita menjemput Ridho Sang Ilahi. Aamiin
Komentar
Posting Komentar