ALUN – ALUN KOTA SERANG



29 Januari 2015
Aku bingung setiap ditanya oleh kak Heri, apa agenda kita hari ini. Mengapa demikian? Terkadang aku bisa menjawab ketika agenda tersebut jelas adanya, terjadwal, tersusun dengan rapi dan punya tujuan yang akan di capai. Tapi ya seperti yang aku katakan sebelumnya-dalam tulisanku yang lain- kami adalah tim yang punya sifat eksekutor semuanya, minim pengalaman konseptor, olehnya itu setiap kegiatan kami “selalu tiba masa tiba akal”, “dadakan”, “langsung eksekusi” dan lain sebagainya sesuai kata hati saja.
Sulit memang mengubah mind set kita masing – masing untuk mencoba merencanakan sesuatu secara matang dan baik, butuh proses yang tidak sebentar, bukan satu atau dua hari saja, bahkan bisa sampai bertahun – tahun. Walaupun sampai saat ini akupun masih mencoba untuk terus belajar, jadi pembelajar sejati. Karena ada kata orang bijak mengatakan bahwa, “gagal untuk merencanakan maka kita sebenarnya merencanakan kegagalan”. Nah, ini dia yang sampai saat ini mesti kita hindari semua. Sesuatu hal yang dianggap sepele tapi memiliki efek yang sangat besar.
Hari ini, aku dan kak Heri berjanji untuk berjumpa dengan anggota tim yang lain untuk membahas hasil dari agenda kami kemaren, mengantar surat ke beberapa birokrasi pemerintahan. Pagi benar kami sudah siap, seperti biasanya. Aku telat untuk mandi, karena mesti nyiapin perlengkapan yang bakalan di bawa saat pertemuan di lakukan.
Belum pukul 08.00 pagi, aku dan kak Heri dikejutkan oleh tamu yang datang di kantor tempat kami menginap. Selidik punya selidik, ternyata ia merupakan kandidat karyawan baru yang bakalan mengikuti ujian psikotest sebagai karyawan bagian akunting. Dengan sangat cepat, hanya hitungan beberapa menit saja, pesrtanya tambahbanyak, awalnya hanya satu saja, tapi sebelum kami berangkat sudah ada 4 orang yang datang. Dua pria dan dua wanita, penampilan mereka ok, keliatan orang pintar dan menguasai di bidang tertentu.
Ketika karyawan kantor telah tiba, kami lekas pamit dari kantor menuju ke alun – alun kota Serang, sekedar untuk melakukan aktivitas lain yang tidak seperti biasanya. Aku dan Kak Heri menuju kesana menggunakan jasa angkutan umum berwarna biru. Ongkosnya pun tak begitu mahal, sebesar 3 ribu rupiah, tapi takaran mahal dan murah itu tergantung, ya tergantung kondisi keuangan kita saat ini, bisa jadi mahal ongkos 3 ribu itu karena uang kita bersisa 10 ribu, bisa jadi murah juga ketika kondisi keuangan kita lagi banyak. Semua serba kondisional.
Setibanya di alun – alun kota, aku dan Kak Heri sibuk dengan masing – masing kegiatan, apalagi ketika mendengar teman – teman yang lainnya bakalan datang di sore hari, aduh bakalan mati menunggu nich jika tak dimanfaatkan dengan baik, pikirku dalam hati. Dalam kondisi Alhamdulillah puasa sunah, kami berdua menyibukkan diri dengan baik, aku setelah tadarus membaca buku yang baru aku beli, rekomendasi dari mba Ulfa mengenai pernikahan, sungguh indah kata pernikahan itu ketika aku dengar. Rasanya memang lebih cepat lebih baik. Kak Heri sendiri sibuk dengan gadget-nya, ia sambil senyam senyum melihatnya, entah apa yang di gemberikannya. Ketika seperti itu sich, kata kebanyakan orang sedang terkena virus merah jambu.
Waktu tak terasa saja terus bergulir, hingga kini telah mencapai waktu dhuzur. Setelah tanya sana – sini, akhirnya ketemu mesjid terdekat dari alun – alun. Mesjid ini merupakan cagar budaya kota Serang, mesjid Kuno namanya, mesjid yang di bangun masih dengan arsitektur dan bahan yang alami dan dari waktu dulu hingga sekarang tak banyak di renovasi, desain dalam mesjid pun bagus, terawat dan masih terjaga keasliannya.
Setelah shalat Dhuzur, aku beristirahat sejenak, terasa badan lelah, tapi bukan untuk mengeluh, hanya ingin mengistirahatkan badan saja walaupun hanya sejenak. Sekitar sejam lamanya aku tertidur, alih – alih bangun, badan segar, tapi terasa perut kembung karena masuk angin. Segera ku tengok ke arah kananku, ternyata kak Heri pun terlelap tidur, hingga tak lama kemudian ia pun terjaga dan melihat pesan dari handphonenya, bahwa kita diminta ketemu dengan Mba Lestari, senior kami di Sekolah Guru Indonesia Angkatan 4, hari ini juga sebelum pukul 18.00 WIB.
Segera aku dan kak Heri bergegas untuk berangkat, takut telat. Begitu pun dengan 4 teman akhwat yang lainnya. Ketemuannya tak tanggung – tanggung, beliau minta berjumpa di MOS (Mall Of Serang) sebagai tempat yang paling mudah di temukan. Seperti biasa, aku dan kak Heri tanya sana dan tanya sini, maklumlah kami adalah pendatang. Orang pertama yang kami tanya, “MOS itu dekat hanya sekilo dari sini”, katanya. Sontak saja kami saling pandang, dan punya niat yang sama untuk berjalan kaki, sembari menghemat biaya. Tak lama kami berjalan, kami bertanya lagi kepada orang lain, takutnya sudah jauh berjalan malah salah jalan, kan ada istilah, “malu bertanya sesat di jalan dan banyak bertanya memalukan perjalanan”. Olehnya itu kami bertanya lagi, tak peduli dengan istilah “memalukan perjalanan” ketimbag kesasar, hayoo lebih baik bertanya. Orang yang kami tanya, “jauh a’ jika dari sini sekitar 3 kiloan, a’ mesti naik angkot yang menuju arah sana (sembari mengangkat tangannya dan menunjukkan arah)”. Kami pun kembali saling pandang, dan ternyata jauh. Kami pun tak lagi berpikir hemat biaya, yang penting sampai dahulu ke MOS. Akhirnya kami putuskan untuk naik angkot, di dalam angkot kamipun mendapatkan pesan, bahwa teman – temanku yang lain telah tiba di lokasi.
Tak lama berselang, kami pun akhirnya tiba di lokasi dan bertemu dengan legenda hidup SGI angkatan 4, mba Lestari yang ternyata dari Kota Tasikmalaya Jawa Barat, sekarang beliau mengajar di sebuah sekolah di Anyer, Banten. Kami pun mencari lokasi yang bisa di gunakan untuk nongkrong, kami dapat di lantai 2, tempat makanan siap saji, kami ingin di traktir makan, tapi kami pada puasa semua, akhirnya beliau ganti dengan sebuah bungkusan yang aku tau dari kantongnya adalah kue, isinya aku tak tau, yang jelas kami bersyukur mendapatkan rejeki untuk berbuka puasa kali ini.
Banyak hal yang kami bincangkan dengan mba Lestari, termasuk mengenai pengalaman – pengalamannya selama di penempatan. Beliau dulu berada di kota Pasarwajo, Buton – Sulawesi Tenggara. Aku saja yang orang sana belum pernah ke Buton, ini malah orang jauh yang sudah datang kesana. Sma halnya dengan aku, aku merasa lebih dekat dengan Banten dari Kendari, daripada dari Kendari ke Buton, padahal masih dalam satu provinsi Sulawesi Tenggara. Hehehehe
Setelah lama berbincang dengan mba Lestari, akhirnya kami pun berpisah dengannya, karena waktu juga sudah sore, dan kami akan kembali beraktivitas, sama halnya dia juga yang mesti ke Tasikmalaya, hari ini juga karena ada urusan penting katanya. Yang jelas wejangan dan sharing pengalamannya yang tak akan kami lupakan, semoga kita bisa berjumpa lagi mba Lestari.
Kami pun beranjak dari MOS menuju ke alun – alun lagi, untuk membahas hal – ahal yang ingin kami rencanakan kedepannya, sambil berbuka puasa di sana dan menikmati hadiah dari mba Lestari tadi. Adzan Maghrib pun berkumandang, Alhamdulillah kami pun berbuka puasa, betapa nikmat rasanya berbuka bersama, layaknya sebuah keluarga kecil dengan para Shabat baruku ini dari Sekolah Guru Indonesia.
Banyak hal yang kami bahas, termasuk hasil dari antar surat kemarin. Dan akan kami follow up berdua bersama kak Heri esok harinya. Para penangung jawab agenda kegiatan telah ada, dan masing – masing dari kita sudah mengantonginya. Tinggal dilihat nanti bagaimana perkembangannya.
Malam aku tiba di kantor Dompet Dhuafa Banten, tempat kami menginap. Setelah pulang dari pertemuan membahas program bersama teman – teman yang lainnya, hingga akhirnya aku saling mengirim pesan di grup whatsapp dengan teman – teman yang berada di penempatan. Aku pun ingin kita semua saling mendoakan, agar kami sehat selalu, di mudahkan dalam setiap langkah kaki kita dan selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin
Aku pun berharap agar nanti di hari minggu, tanggal 1 Februari bisa berjumpa dengan Sheila On 7, band favoritku. Akan mengadakan konser di SMA Negeri Kota Serang sebagai bintang tamu dalam acara pentas seni dan ulang tahun. Teman – teman di SGI angkatan 7, seperti mba Frima, mba Siti dan mas Abdi pun salah satu penggemar band asal Yogyakarta tersebut, kami punya versi yang berbeda terhadap lagu kesayangan kami masing – masing, tapi tetap kami semua senang dengan Sheila On 7. Semoga bisa berjumpa, Aamiin Ya Rabb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku MASIH ADA Karya Bang Syaiha

CATUR HADI BOWO PURWADI

DDS (Donor Darah Sedunia)