PRO DAN KONTRA
23 Januari 2015
Era blusukan
mulai santer terdengar di telinga bangsa ini, pemicunya adalah ketika pemilihan
presiden mulai digambangkan. Kunjungan dari “orang atas” ke “orang bawah” mulai
banyak dilakukan, entah itu murni silahturahmi ataukah hanya sekedar pencitraan
belaka. Dari alasan yang sederhana hingga alasan yang sangat kompleks. Pintu ke
pintu rumah, kios pedagang kaki lima, jalanan rusak hingga gorong – gorong
parit yang kecil pun tak luput dari area blusukan para pemimpin bangsa ini. Dan
semua itu kembali kepada yang punya niat atas apa yang ia lakukan.
Hari ini, kami berenam
mulai melakukan kunjungan kepada pihak – pihak yang bakalan akan membantu kami
dalam mewujudkan program tim selama di penempatan. Kunjungan kami hanya sebatas
silahturahmi belaka, dan tak memiliki niatan yang lain. Tempat pertama, kami
berkunjung ke POLRES kabupaten Pandeglang, maunya sich, ketemu dengan pangkat
tertinggi di kesatuan polri di kabupaten ini, tapi kami kurang beruntung, kami
hanya bertemu dengan Kepala Satuan Binaan Masyarkat atau biasa di singkat
dengan nama Kasat Binmas, yaitu bapak Satir. Beliau begitu antusias
mendengarkan penjelasan dari ketua tim kami, saudara Heri.
Banyak hal yang kami sharing kan dengan pak Satir tersebut,
mulai dari kondisi wilayah tempat kami mengabdi, hingga menanyakan lokasi media
lokal dan radio lokal yang bisa kami kunjungi. Tempat kedua, kami mulai dengan
dinas kesehatan kabupaten yang bersebelahan gedung dengan polres kabupaten.
Sesuai dengan arahan yang kami peroleh dari pak Yudi kemaren, kami pun langsung
menuju ke bagian Pelayanan Kesehatan Umum. Tapi kembali lagi kami kurang
beruntung, kami tak bisa menemui seluruh kepala bagian di dinas kesehatan
tersebut, sebab para petinggi bagian pada pergi ke pemerintah daerah untuk mengikuti
agenda bersama bupati Pandeglang. Berasa plan A gagal, tapi kami masih punya
harapan dengan plan B. Kami pun di arahkan untuk ke bagian umum dan
kepegawaian, dan kami pun di sambut hangat oleh bapak Supriadi. Cerita punya
cerita, ternyata beliau tinggal sehari lagi di kantor dinas kesehatan ini. Ya,
walaupun tinggal sehari, kami pun sempatkan untuk mengobrol dengan beliau. Ya
sekedar untuk menjalin ukhuwah dan silahturahmi kepada banyak orang, siapa pun
ia.
Setelah shalat Jumat,
kami sepakat untuk mengunjungi radio lokal yang ada di kabupaten Pandeglang.
Kak Heri, Mba Ulfa, Mba Sasni, Mba Nur, Mba Anti dan aku, jalan beriringan di
bawah langit Pandeglang. Tujuan kami adalah radio Paranti, salah satu radio
anak muda di Pandeglang. Terbukti dengan sambutan hangat mereka ketika berjumpa
dengan kami di studionya. Kak Heri dan Mba Sasni yang amsuk ke ruangan direktur
radio tersebut, dan sisanya, kami menunggu di ruang tunggu. Lama juga kami
menunggu dua teman kami tersebut. Mereka sedang berjuang untuk memberikan
penjelasan kepada para penyiar tersebut mengenai Sekolah Guru Indonesia.
Setelah selesai dari Radio Paranti, akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi
Radio Berkah yang berada di pendopo kabupaten. Belakangan baru aku tau bahwa
tempat radio tersebut adalah rumah dinas dari bupati Pandeglang itu sendiri.
Radio Berkah merupakan
radio milik pemerintah yang fungsinya untuk menyiarkan segala bentuk kegiatan
pemerintahan ataupun untuk mempublikasikan agenda – agenda, sosialisasi
program, komunitas dan hal – hal yang mengenai kabupaten.
Kondisi di Radio Berkah
dan Radio Paranti, jauh berbeda. Dari segi penyambutan saja berbeda, apalagi
dari segi responnya. Mungkin karena milik pemerintah kali ya. Tapi begitulah
birokrasi pemerintahan, sedikit ribet dan alurnya panjang jika berurusan, mesti
sabar dan ikhlas.
Tak terasa langit mulai
gelap, mega langit mulai nampak di ujung pandangan. Kami pun berniat untuk
pulang, tapi sebelumnya kami mampir ke pasar, sekedar untuk berbelanja
kebutuhan pribadi kami masing – masing. Setelah dari pasar, kami berharap
mendapatkan tumpangan gratis seperti waktu kami berangkat tadi, naik mobil
dengan bak terbuka kawan, sungguh indah. Tapi harapan hanya tinggal harapan,
banyak mobil dengan bak terbuka dan tak ada muatannya, hanya kami bisa lihat
lalu lalang di hadapan kami, tak mampu kami membuatnya berhenti, hingga
akhirnya kami pun menyerah dan segera naik angkutan umum jurusan lokasi tempat
kami menginap.
Komentar
Posting Komentar