KAMPUNG CIHANJUANG
25 Februari 2015
Aku dan kak Heri
akan menuju kampung Cihanjuang, salah satu kampung lokasi penempatan Januarita
Sasni, teman kami di SGI asal Padang Sumatera Barat.
Pagi ini aku dan kak Heri meminjam motor
pak Agus, salah satu guru di MI Miftahul Huda Tagelan. Motornya bisa di bilang
baiklah, walaupun tak sebaik motor – motor yang ada di kota, maklum motor di
kampung, sudah banyak melakukan aktivitas di atas kewajaran, berhubung jalanan
di kampung itu berbatu dan becek jika hujan melanda.
Segera mungkin kami berangkat, setelah
sarapan dan saling berbagi tugas antara yang satu dengan yang lainnya, karena
akan mengadakan lesson study dan pertemuan pertama kelas SEMASA. Aku dan kak
Heri berangkat pukul 8 pagi melalui banyak jalanan, ada yang rusak, ada yang
mulus dan ada juga yang setengah rusak. Jalanan menuju kampung Cihanjuang
lumayan jauh juga, sempat beberapa kali aku menahan sakit yang luar biasa
karena motor yang agak sulit aku kendalikan.
Kunjungan kami hari ini, sekaligus akan
mengadakan asesment lokasi untuk kedatangan donatur dari jakarta, mba Tata
namanya, beliau dan beberapa temannya akan datang ke kampung Cihanjuang untuk
melihat kondisi lokasinya, sekaligus membawa bantuan berupa buku – buku bacaan
bagi anak sekolah dasar.
Setibanya aku di sana, aku bertemu
dengan para guru di MI Cihanjuang, ada pak Didin, pak Uki, bu Yeni, bu Yati dan
bu Rina. Mereka pada baik dan ramah, jadi senang bisa berkenalan dengan mereka
semua. Hal ini kami khusukan juga untuk melihat kondisi kampung tersebut,
berhbung temanku, Uni Sasni akan pindah lokasi tempat tinggal, yang tadinya
berada di Desa Nanggala, yang lumayan jauh dari sekolah, kini dia akan pindah
ke rumah bu Amsi yang dekat dari sekolah.
Lumayan lama kami di sana, bahkan sempat
shalat dhuzur secara bersamaan, aku dan kak Heri juga berjumpa dengan kepala
komite dan istrinya. Sebagai kepala komite, beliau juga di percayai sebagai
tokoh masyarakat yang berpengaruh di dalam masyrakat. Kami menceritakan maksud
dan tujuan kedatangan kami, terkait dengan kedatangan donatur dari jakarta di
penanggalan 21 Maret mendatang, yang jadi persoalan, kami ragukan sambutan
masyarakat yang kurang baik, karena donatur yang datang ini adalah orang non muslim
yang notabene berbeda dengan ajaran dan kepercayaan kami. Namun hal ini di
tanggapi positif oleh pihak komite dan akan di bahas oleh masyarakat di rapat
desa pekan depan. Karena hal ini, kami merasa sangat lega, sebab usaha kami
tidak sia – sia, walaupun kami tau, mereka datang memiliki maksud yang baik dan
aku percaya akan hal itu.
Setelah berdiskusi dengan kepala komite.
Aku dan kak Heri lanjut ke rumah bu Amsi, rumah yang bakalan menjadi rumah bagi
Uni Sasni kelak. Setelah berbincang bincang dan melihat kondisi rumahnya, dan
kami mengambil kesimpulan, rumahnya dapat dan layak untuk di jadikan tempat
penempatan guru SGI.
Urusan di kampung Cihanjuang selesai,
akhirnya kami beranjak ke kampung sukajaya, rumah tempat Uni Sasni tinggal
selama ini, walaupun tak banyak yang bisa kami lakukan di sana tapi setidaknya
kami tetap menjalin silaturahmi dengan induk semang Uni Sasni. Setelah
kunjungan tersebut, kami pun mohon pamit dan bergegas pulang ke kampung Tagelan
kembali. Namun, kami sempat singgah di rumah pak Didin yang mengajak kami untuk
mampir ke sana sekaedar untuk main saja. Pak Didin memiliki perawakan yang
baik, ramah dan senang humor, kami senang dengannya, tipe simple atau bisa
dikatakan easy going-lah.
Setelah dari rumah pak Didin, kami
bergegas untuk pulang ke kampung tagelan, tapi aku dan kak Heri menyempatkan
diri untuk melihat tabungan kami apakah sudah di kirim atau belum, berhubung
hari ini adalah tanggal kami mendapatkan living
cost, walaupun aku tau uang yang aku dapatkan akan di potong karena
pinjaman yang aku lakukan sebelum keberangkatan ke daerah penempatan. Jika tak
demikian, aku tak bisa memiliki laptop baru untuk menyelesaikan tugas – tugasku
yang di berikan oleh pihak SGI.
Malam harinya, aku dan teman – temanku,
menyelesaikan apa yang bisa kami kerjakan untuk mendisplay kelas SEMASA yang
berada di kelas satu MI Miftahul Huda Tagelan. Banyak yang kami lakukan,
termasuk menempel burung origami yang di buat beberapa hari yang lalu dan
menempelkan abjad ke dinding mulai dari A hingga Z.
Di penghujung kerjaan kami, ketua
yayasan memberikan kami madu asli lengkap dengan sarangnya yang bisa dikatakan,
ini adalah pengalaman pertamaku menikmati madu dari sarangnya. Biasanya aku
mengkonsumsi yang telah di olah dalam bentuk botol – botol kemasan yang ada di
kios – kios dagang. Aku sangat menikmati madu ini, bisa menjadi pengalaman yang
paling berkesan di hidupku, terima kasih ketua yayasan, aku bisa merasakan
nikmatnya madu asli. Alhamdulillah
Komentar
Posting Komentar